Zikir Kebangsaan Memohon Kedamaian, Ulama dan Umara Bekerja Beriringan Demi Indonesia
JAKARTA - Ya Allahu ya qadimu...ya sami’u ya bashiru...ya mubdiu ya khalik...ya hafidu nasiru ya wakilu ya Allah. Kalimat itu terus diulang-ulang oleh sekitar seribu jamaah zikir Hubbul Wathan di halaman Istana Merdeka semalam. Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Jannah Kedung Tarukan Surabaya sekaligus Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar memimpin zikir dengan khidmat.
Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla, KH MA’ruf Amin, KH Maimoen Zubair, dan sejumlah ulama lainnya dari seluruh Indonesia larut bersama jamaah berbaju putih menyebut Asmaul Husna. Kemudian dilanjutkan beristighfar memohon ampunan. Tidak ketinggalan, selawat kepada Nabi Muhammad juga terus digaungkan. Zikir ditutup dengan membaca surat Yasin dan doa yang dipimpin oleh KH Maimoen Zubair.
Zikir bertajuk Zikir Kebangsaan itu mengawali rangkaian peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia. Sekitar 65 persen halaman Istana Merdeka ditutup oleh karpet hijau bermotif rumput buatan untuk para jamaah. Panggung rendah di bawah tangga Istana merdeka menjadi tempat para ulama memimpin zikir.
Presiden Joko Widodo menuturkan, tahun ini peringatan hari kemerdekaan diawali dengan mengucap syukur dan berdoa. Dengan bertasbih, tahlil, tahmid, dan takbir. ’’Melalui peringatan kemerdekaan ini,kita teguhkan komitmen menjaga persatuan, kerukunan, toleransi, serta kerja bersama, beriringan ulama dan umara utuk Indonesia.
Presiden mengingatkan, zikir merupakan bagian dari ikhtiar bangsa Indonesia untuk menjadi lebih baik. Bagaimanapun, hasil akhir kerja keras semua pihak sangat tergantung kehendak Allah SWT. ’’Semoga Allah mengabulkan yang kita perjuangkan dan kita cita-citakan,’’ tambah Presiden 56 tahun itu.
Sementara itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma’ruf Amin mengingatkan, zikir merupakan salah satu cara dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan. Bangsa Indonesia patut bersyukur karena dikaruniai negara dengan kondisi yang majemuk, dan memiliki sarana pemersatu berupa Pancasila. Juga, bersyukur karena diberi tanah yang subur dan makmur.
Melalui zikir itu pula, bangsa Indonesia memohon perlindungan dari segala malapetaka. Juga dilindungi dari segala potensi yang bisa memecah belah bangsa. ’’Karena kita sadar, upaya lahiriyah saja tidak cukup,’’ tuturnya. Karena itu, melalui zikir tersebut, bangsa Indonesia mengetuk pintu langit berharap kesejahteraan, keamanan, dan kedamaian.
Salah seorang jamaah, Muhammad Khoiron, mengaku bersyukur bisa ikut serta daam zikir tersebut. Dia dan sekitar 50 jamaah asal Sampang tiba Senin (31/7) lalu setelah menempuh perjalanan menggunakan bus. ’’Bagi santri seperti kami yang tidak pernah melihat Jakarta, apalagi Istana secara langsung, ini anugerah,’’ ujar pemuda 28 tahun itu.
(byu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: