>

Rumah Batu Jambi, Rumah Juragan Rempah

Rumah Batu Jambi, Rumah Juragan Rempah

Dari sini, masjid seribu tiang yang dahulunya Istana Kesultanan Jambi jelas terlihat.

Lokasinya boleh dibilang bersebarangan-seberangan. Di belah aliran Sungai Batanghari.  

Dulu, Rumah Batu berwarna putih. Kini, kekuningan dijilat masa.

Karena sudah lama tak dihuni, sebagian benda di rumah itu disimpan ahli waris. Antara lain, stempel beraksara Arab Melayu dari tembaga. Pada 1985 pernah hilang. Tapi, ditemukan kembali.

“Kini stempel itu jadi koleksi museum. Sesekali bila dibutuhkan, kami bisa ambil,” kata Sarifah Ulia, keturunan ahli waris Rumah Batu.

Dulu, rumah itu beratap genteng. Kokoh berlis tebal. Sepasang naga bertengger di puncaknya. Saat tim peneliti dari Suaka Peninggalan Sejarahdan Purbakala Propinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu datang pada 1991, puncak atapnya sudah tak ada.

“Penutup atap rumah induk pernah diganti dengan seng menjelang kunjungan Wakil Presiden Adam Malik pada 1983,” tulis laporan tim tersebut.

Pantauan mata langsung, onggokan dan serakan genteng terlihat di beberapa sudut lantai rumah.

Sepasang relief naga berpadu aneka flora terukir menghiasi kiri-kanan beranda menuju ruang utama. Sebelah sudah tak ada. Tinggal jejaknya saja.

Relief sepasang naga juga terlihat di puncak atap gapura. Di antara kedua naga ada sebuah mustika. Uniknya, coraknya berbeda dengan kebanyakan relief sejenis.

Bukankah kebanyakan relief serupa ini mustika berada di tengah, di antara kepala naga? Dua naga seolah berebut mustika?

Yang ini lain. Di kanan kiri mustika bukan ukiran kepala naga. Melainkan buntutnya. Sang naga seolah pergi meninggalkan mustika.

Meski milik orang Arab ada nuansa Cina di Rumah Batu. Wajar. Karena menurut kajian tim laporan tim Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Suaka, arsiteknya seorang Tionghoa bernama Datuk Shin Thai. Makamnya yang tak jauh dari Rumah Batu dikeramatkan orang.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: