Rumah Batu Jambi, Rumah Juragan Rempah
Sepeninggal Sultan Thaha, tulis arsip laporan tim Suaka Peninggalan Sejarahdan Purbakala Propinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu (1991), Belanda mengangkat Said Idrus gelar Pangeran Wirokusumo menjadi Sultan Jambi.
Berbagai tafsir meliputi hal ini.
Antara lain, Said Idrus dituding berpihak ke Belanda karena mengejar jabatan.
Ada juga yang menaksir, “kompromi” ala Said Idrus untuk melindungi keluarga Istana, dan diam-diam membantu perjuangan Sultan Thaha secara sembunyi-sembunyi.
Asumsi lain, Said Idrus awalnya berpihak ke Belanda. Tapi, karena ternyata Belanda mengecewakan, akhirnya ia mendukung Sultan Thaha.
Entah! Dalamnya laut bisa diukur. Dalamnya hati siapa yang tahu.
Said Idrus gelar Pangeran Wirokusumo wafat pada 1901. Dimakamkan di samping masjid Ikhsaniyah yang berjarak hanya sepelemparan batu dari Rumah Batu. Saat ada perluasan masjid, makamnya dipindahkan. Masih di pekarangan masjid.
Sedangkan Sultan Thaha Saifuddin wafat pada 1904, dan dimakamkan di Muara Tebo.
Ketika Said Idrus dan Sultan Thaha sudah meninggal, hubungan kekeluargaan antara klan Sultan Thaha dengan klan Arab Jambi Seberang masih terus terjaga.
Anak Sultan Thaha yang bernama Ratu Mas Maryam (adik Ratu Mas Intan) menikah dengan Said Abu Bakar, anak Pangeran Suto dari Syarifah Maryam—istrinya yang lain.
Oiya, pernikahan antara Pangeran Suto anak Said Idrus dan Ratu Mas Intan anak Sultan Thaha tidak berketurunan. Pangeran Suto meninggal pada 1904. Ratu Mas Intan menikah lagi dengan Said Abba bin Syekh Abu Bakar yang masih berkerabat dengan Said Idrus.
Pernikahan dilangsungkan di Olak Kemang, Jambi Sebarang. Mereka dikarunia empat orang anak. Syarifah Ayu, Said Abdullah, Syarifah Lukluk dan Syarifah Khadijah.
Pusako Usang
Di Rumah Batu, pusako lamo juragan rempah dari Arab yang pernah menjadi Sultan Jambi, aroma kejayaan masa lampau memang masih terasa. Tapi, nyaris poranda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: