Tukar Emas Dengan Nyawa
Tiga Korban Tertimbun Masih Kritis
MURATARA-Kemilau emas membuat banyak orang lupa segalanya. Tak sedikit yang bertaruh nyawa di lubang Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI), merantau dari wilayah Kabupaten Muratara ke Provinsi Jambi.
Tujuh warga asal desa Sosokan, Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Muratara di perbatasan Sungai Linau, Desa Bukit Batu, Kecamatan Sungai Manau, Provinsi Jambi, yang tertimbun longsor saat menambang ilegal kemarin Sabtu (13/2), masih harus menjalani perawatan medis.
Korban diantaranya ishak (40), musthofa (42), Hanafi (26) mesti menjalani perawatan intensif di RSUD Sobirin di kota Lubuklinggau. Sementara Hendra gunawan, Hambali, alami luka dalam dan patah tulang menjalani perawatan di Puskesmas Ulu Rawas, Ibrahim (17), dan adi (17) luka ringan di rawat di rumah.
Musibah itu, nampaknya belum menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat untuk menghentikan aksi berburu serpihan logam mulia. Alasannya, kebutuhan hidup dan kilauan emas bernilai tinggi cukup menjanjikan, sehingga nyawa dianggap pantas dipertaruhkan.
Ratusan warga dari Kabupaten Muratara, mulai dari desa Sukamenang, Embacang, Muara Tiku, Noman, Batu gajah, Karang Anyar, Rawas Ulu dan Ulu Rawas, tetap nekat merantau ke wilayah Provinsi Jambi untuk mendompleng emas.
Menurut para penambang, di beberapa lokasi tambang di Provinsi Jambi, emasnya mudah didapat. Baik emas permukaan maupun yang berada di dasar bukit. Mereka membuat lubang seukuran badan Ngelubang, ada yang nebeng di galian eksavator, dan ada juga yang ngedompleng dengan mesin disel
Bukan informasi baru, kejadian tanah longsor menimpa para penambang liar ini, setidaknya di 2020-2021 sudah ada tiga kejadian serupa. Satu warga Desa Embacang meninggal saat ‘nebeng’ di galian eksvakator, dua warga Desa Karang Anyar tewas terjebak di kedalaman 25 meter, dan baru baru ini 7 warga asal Desa Sosokan ikut terkubur akibat ditimpa longsor tebing saat menggali emas di galian eksvakator.
Kadar emas yang tinggi dengan kadar 95 persen dan harga yang fantastis berkisar Rp940 ribu/gram, menjadi tolak ukur warga Muratara, berburu emas di Provinsi Jambi. kepala Desa Sosokan, Giman yang tujuh warganya tertimbun longsor saat berburu batu ore di Jambi, mengaku cukup prihatin atas insiden itu.
Warganya yang mendompleng mayoritas berekonomi rendah, tidak memiliki mata pencarian tetap. Mereka harus memenuhi kebutuhan hidup dengan cara mengadu nasib dan mempertaruhkan nyawa. “Rata rata warga saya banyak mendompleng ke Jambi, di Desa susah cari penghasilan. mereka tidak ada pekerjaan,” ujarnya.
Pemerintah Desa, sudah mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas ilegal itu. Namun banyak warga tetap nekat, menambang meski saat ini puncak musim penghujan. Kebanyakan masyarakat berasumsi, “Dari pada tidak makan hari ini lebih baik mati besok” timpalnya.
Dia berharap kejadian serupa tidak lagi terjadi dan masyarakat mendompleng mempunyai solusi untuk mata pencarian mereka. Namun kabar terbaru dari tiga korban yang di rawat di Rumah sakit di kota Lubuklinggau, masih memerlukan perawatan intensif.
“Ketiganya cukup parah dan muntah darah terus akibat luka dalam, dan harus di rawat di rumah sakit Linggau,” ujar Giman. Kejadian tertimbunya tujuh warga asal Muratara ini sontak menyebar cepat. Reza salah satu warga yang mendompleng di wilayah Limun, Provinsi Jambi mengatakan. Berburu emas itu seperti mengejar mimpi indah.
Memang tidak sedikit warga yang mendapat hasil melimpah, namun tidak sedikit juga warga yang jadi tumbal, terkubur hidup hidup di galian tanah. Selama tujuh tahun terakhir sudah 70 orang lebih tewas tertimbun longsor akibat berburu emas di wilayah itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: