Liga Move Forward
Kalau timnya lolos terus, maka personel tim itu akan di-swab setiap akan bertanding. Dua tim finalis putra, personelnya di-swab sampai empat kali.
Personel DBL Indonesia pun harus menjalaninya. Tim kami semuanya aman. Begitu balik Surabaya kami karantina dulu mereka sebelum boleh kembali ke keluarga masing-masing!
Total, selama di Lombok, DBL Indonesia melakukan swab antigen lebih dari 800 kali. Semua DBL Indonesia yang menanggung, bukan peserta.
Protokol ketat lain adalah disiplin pelaksanaan di lapangan. Detailnya terlalu banyak untuk ditulis di sini. Misalnya, bagaimana setiap jeda pertandingan GOR Turida Mataram selalu didisinfektan. Lapangannya, kursi-kursi pemain, meja pengawas, bahkan tribun-tribunnya. Padahal, tidak ada penontonnya! Hanya orang tua dan guru yang mendampingi yang boleh masuk, itu pun duduk tiga meter dari satu sama lain.
Ya, di era pandemi ini, realita terbesar adalah tidak ada penonton. Kalau pun kelak ada, pasti akan dibatasi dulu. Seperti di Amerika, yang dari 10 persen, ke 25 persen, dan maksimal 50 persen.
Kami pun memanfaatkan itu untuk mengoptimalkan piranti yang kami punya. Yaitu aplikasi DBL Play. Kami menggunakannya untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua stakeholder. Semua pertandingan ditayangkan livestreaming di channel DBL Play di YouTube. Ya, pertandingan tingkat SMA di NTB ditayangkan secara langsung. Toh ini era digital, bukan lagi era TV!
Dan ternyata, penontonnya luar biasa. Praktis semua laga mendapatkan view di YouTube lebih dari 10 ribu. Bahkan tim dari Dompu di Sumbawa pun saat bertanding view-nya mencapai angka itu! Babak finalnya istimewa, mendekati angka 30 ribu view dalam 24 jam.
Kalau dipikir, ini lebih hebat dari kalau dengan penonton tanpa livestreaming. Karena kapasitas GOR Turida Mataram hanya 1.500 orang!
Tim kami merangkum, total view semua pertandingan di Lombok itu mendekati angka 190 ribu. Dan itu akan terus bertambah. Wow! Ingat, ini laga SMA di Lombok! Stadion boleh kosong, tapi NTB bergaung ke mana-mana!
Kini, DBL di Lombok sudah berakhir. Lega rasanya. Terima kasih lagi kepada semua pihak. Terima kasih tambahan buat seluruh peserta yang mau ikut repot menjalani protokol kami. Bahkan mereka itu harus lebih repot, karena juga harus menjaga diri saat tidak bertanding.
Sekarang, waktunya move forward lagi. Contoh pertama sudah. Tinggal melangkah ke yang berikutnya. Selama pandemi berlangsung, tidak akan pernah ada yang ideal. Tapi kita tidak boleh bekerja sebatas diskusi dan wacana. Harus selalu melangkah ke depan. Walau tetap hati-hati, karena banyak pula pihak yang jago diskusi dan wacana, tapi tak punya kemampuan managerial dan eksekusi! (Azrul Ananda)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: