Liga Move Forward
Saya bersyukur punya tim yang tidak pantang menyerah, yang sangat mau repot, yang sangat siap menghadapi segala tantangan di era pandemi ini.
Selama berbulan-bulan mereka menyiapkan diri tanpa kegaduhan. Sejak tahun lalu kami sudah berdiskusi dengan semua yang terkait di era pandemi ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menpora Zainudin Amali, kepada Gugus Tugas, kepada masih banyak lagi pihak yang sama-sama ingin kita semua segera move forward dengan cara yang baik di tengah pandemi ini.
Azrul Ananda dan Masany Audri (Direktur DBL Indonesia) ketika melakukan pertemuan virtual dengan Menpora Zainudin Amali.
Bagaimana pun, kita tak bisa bersembunyi. Kita sedang berada di tengah pandemi yang ujungnya belum jelas kapan berakhir. Yang berakhirnya juga tidak akan spontan, melainkan melalui proses yang tidak singkat pula.
Berdiam saja tidak baik, bergerak maju harus jitu.
Saya dan teman-teman di DBL Indonesia hanya ingin bergerak maju. Kami tak ingin gaduh. Dan kami bersyukur, kami mendapatkan kesempatan itu di NTB. Di Lombok. Di Mataram. Betapa pasnya lokasi itu. Mengingat pada 2008, di Lombok-lah pergerakan DBL ke seluruh Indonesia dimulai (baca Happy Wednesday 124: Lombok Pertama).
Selama berbulan-bulan kami berkoordinasi, berkomunikasi, meminta masukan dan arahan bagaimana supaya DBL bisa terselenggara di NTB. Hasilnya adalah protokol kesehatan yang berlembar-lembar kalau di-print. Walau masih jauh dengan liga NFL di Amerika yang protokolnya 71 halaman!
Kami mengucapkan terima kasih khusus kepada Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Kapolda NTB Irjen Pol M. Iqbal. Saya bersyukur mereka semua merupakan tipe yang ingin move forward. Protokol khusus kami lahir bersama mereka.
Kapolda NTB Irjen Pol M. Iqbal memantau terus pelaksanaan DBL 2021 West Nusa Tenggara Series. Foto atas M. Iqbal saat hadir di pembukaan, dan foto bawah mantan Kadiv Humas Polri itu berkesempatan melakukan jump ball di pertandingan final tim putri.
Nah, percuma punya protokol berlembar-lembar kalau tidak bisa mengeksekusinya. Di sinilah komitmen dan ketangguhan kru DBL di Lombok diuji, yang dipegang langsung oleh wakil direktur Donny Rahardian. Didampingi senior lain di DBL seperti Roki Maghbal. Plus dokter pendamping kami, dr Pratama Wicaksana Wijaya, yang biasanya selalu mendampingi Persebaya Surabaya.
Yang juga sangat repot adalah Alfian Yusni, direktur Lombok Post, beserta timnya. Merekalah partner penyelenggara DBL Indonesia di NTB.
Bagaimana pun, kesehatan dan keselamatan nomor satu. Bukan hanya peserta, tapi juga kru kami sendiri.
Karena ada elemen \"eksperimen,\" jumlah peserta kami kurangi dulu. Tidak semua sekolah bisa ikut dulu. Supaya bisa selesai dalam sepekan.
Elemen utama protokol kami adalah testing. Bagaimana caranya supaya lapangan pertandingan, yang sakral itu, adalah green zone. Dua hari sebelum kompetisi, swab antigen peserta kami lakukan. Untuk screening dan sample awal. Lalu, semua yang di lapangan di-swab antigen lagi tiga jam sebelum bertanding. Bukan hanya pemain dan pelatih, tapi juga wasit, petugas pertandingan, bahkan personel dance team yang mendampingi di lapangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: