Tak Mau Kudeta AHY, Gatot Pegang Etika Budhi Utama, Beda Dengan Moeldoko
JAKARTA— Pengamat politik Gde Siriana Yusuf menyebut Gatot Nurmantyo memegang etika Budhi Bhakti Wira Utama sehingga tak mau kudeta AHY. Dan sikap ini berbeda dengan Moeldoko. Diketahui, sebuah pernyataan mengagetkan muncul dari mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo terkait upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat dari Ketum AHY.
Gatot mengaku pernah dihubungi seseorang dari Partai Demokrat untuk ikut menggulingkan AHY dari kursi ketua umum.
Bahkan dia sudah dua kali dihubungi hingga diminta untuk menjadi ketua umum baru.
Namun, deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu dengan tegas menolaknya. Karena, meski sudah jadi purnawirawan prajurit, tetap ada etika khusus dalam hubungan junior dengan senior.
Di mana senior telah mendidik juniornya di pendidikan militer dengan keras untuk bertujuan menjadikan teman seperjuangan.
Dalam hal ini terkait hubungannya dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan mantan Ketum Demokrat sekaligus seniornya di dunia militer.
“GN ingin menegaskan bahwa prajurit TNI meskipun sudah purnawirawan tetap melekat pada dirinya etika Budhi Bhakti Wira Utama. Sehingga GN menolak ajakan kudeta AHY tersebut,” ujar Gde Siriana Yusuf kepada Kantor Berita Politik RMOL (Group Pojoksatu.id), Senin malam (8/3).
“Dengan kata lain, Jenderal (Purn) Moeldoko tidak memegang etika itu ketika mengkudeta AHY putra dari SBY yang mengangkatnya menjadi Panglima TNI,” sambungnya.
Ditambahkan Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS) itu, berdasarkan kriteria orang yang mengajak GN untuk mengkudeta AHY, menjadi bukti adanya kekuatan besar di luar internal PD yang ingin mengambil alih Demokrat dari SBY.
“Saya menduga sangat mungkin Istana terlibat, apalagi kriteria orang tersebut sepertinya cocok dengan Moeldoko,” jelasnya.
Menurut Gde Siriana, GN seperti ingin mengingatkan kembali prajurit TNI aktif maupun yang purnabhakti.
Bahwa etika Budhi Bhakti Wira Utama adalah nilai moral dan spiritual yang terus kuat melekat dalam jiwa untuk implementasi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib TNI dalam setiap pelaksanaan tugas.
“Dalam konteks inilah, terkait menghadapi kudeta PD dan berbagai persoalan bangsa dan negara saat ini, SBY akan menjadi teman seperjuangan GN. Dan ini juga menginspirasi para prajurit dan purnawirawan TNI lainnya untuk memegang teguh kode etik ini,” pungkasnya.
Dalam wawancaranya dengan TVOne, Senin (8/3), Gatot Nurmantyo menolak diajak seseorang yang disebutnya berasal dari Partai Demokrat untuk mengkudeta AHY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: