Etnobotani Tanaman Obat SAD Desa Hajran Kecamatan Bathin XXIV Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi

Etnobotani Tanaman Obat SAD Desa Hajran Kecamatan Bathin XXIV Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi

Oleh : Santi Perawati¹*, Lili Andriani², Arya Guna Pratama³
e-mail korespondensi: [email protected]

JAMBI - Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi pada umumnya sudah memanfaatkan tanaman untuk pengobatan Salah satunya Suku Anak Dalam di Desa Hajran Kecamatan Bathin XXIV Kabupaten Batang Hari yang menggunakan tanaman sebagai pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah tanaman yang berpotensi sebagai obat (etnobotani) dan mengetahui bagaimana cara pengolahannya. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data terkait tumbuhan obat dilakukan melalui wawancara pada informan secara Open-Ended Interview. Kemudian tumbuhan yang digunakan oleh SAD untuk pengobatan dilakukan skrining fitokimia. Hasil wawancara didapatkan tanaman berkhasiat obat pada SAD Desa Hajran diantaranya tanaman sebagai obat sakit kepala yaitu akar ilalang (Imperata cylindrical) dan tentomo (Goniothalamus macrophyllus). Obat demam adalah kabesoung (Rourea asplenifolia), rumpun mambu, berumbung (Timonius wallichianus) dan pasak bumi (Eurycoma longifolia). Daun tawas (Selaginella sp ) digunakan sebagai obat luka. Tentomo (Goniothalamus macrophyllus) digunakan sebagai obat sakit gigi. Pengendu urat (Tinomiscium petiolare) digunakan sebagai obat asam urat. Sre kubung (Macaranga triloba) sebagai obat mencret. Selusuh (Luvunga eleutherandra) sebagai obat memperlancar persalinan dan akar penyegar (Smilax zeylanica L ) dipercayai sebagai obat wanita yang sudah lama tidak mempunyai keturunan. Cara pengolahannya antara lain direbus, digiling dan dibalurkan. Jadi terdapat 12 tanaman berkhasiat obat pada SAD Desa Hajran yang digunakan sebagai pengobatan.
Kata Kunci : etnobotani, suku anak dalam, tumbuhan obat.

1. PENDAHULUAN
Etnobotani mengenai studi pengetahuan masyarakat lokal tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh orang-orang di sekitarnya, yang mampu meningkatkan daya hidup manusia (Suproborini, Djoko Laksana, and Yudiantoro 2018). Obat tradisional ialah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Kemenkes 2017).
Provinsi Jambi merupakan daerah yang memiliki populasi Suku Anak Dalam (SAD) cukup banyak. Pada tahun 2017, Jumlah Komunitas Adat Terpencil SAD di Provinsi Jambi sebanyak 3.147 KK yang tersebar di 8 Kabupaten, 18 Kecamatan, 20 Desa dan 28 lokasi. Batang Hari (454 KK), Muaro Jambi (75 KK), Sarolangun (249 KK), Tebo (415 KK), Bungo (128 KK), Merangin (165 KK), Tanjab Barat (100 KK) dan Tanjab Timur (76 KK). Provinsi Jambi merupakan daerah yang memiliki populasi SAD yang cukup banyak, dimana SAD sendiri tersebar dibeberapa daerah kabupaten di provinsi Jambi yaitu Muaro Bungo, Tebo, Sarolangun, Batanghari, Muaro Jambi, Tanjab Barat dan Tanjab Timur(Ridwan 2018).

Tanaman obat tradisional terkait penelitian dari SAD Jambi memperlihatkan bahwa tanaman obat tersebut dapat mengatasi berbagai macam penyakit (Perawati, 2017). Penelitian lainnya terkait etnobotani tumbuhan obat yang digunakan SAD di desa Tabun Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo Jambi didapatkan hasil tumbuhan obat yang diketahui sebanyak 39 jenis. 30 jenis dari tumbuhan tersebut digunakan secara tunggal dalam mengobati penyakit sedangkan jenis tumbuhan lainnya digunakan dalam bentuk ramuan (Indriati 2014). Penelitian lainya terkait etnobotani ditemukan 22 spesies tumbuhan penghasil getah yang dimanfaatkan getahnya oleh SAD sebagai sumber penghasilan, bahan pengobatan, bahan bakar, bahan berburu, bahan perekat, bahan ritual adat, bahan pewarna, dan bahan pembeku getah lainnya di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Andhika dkk. 2015).
Hasil penelitian lainnya terkait pelayanan kesehatan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap Komunitas Adat Terpencil SAD di provinsi Jambi belum meningkatkan derajat kesehatan Komunitas Adat Terpencil SAD tersebut (Ridwan 2018). Penelitian lainya terkait tentang studi etnofarmasi SAD di Muara Killis, Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi didapatkan hasil 5 tumbuhan dan 4 hewan dari genus dan keluarga yang berbeda serta dapat digunakan sebagai obat tradisional (Perawati et al. 2019). Penelitian mengenai SAD di Kecamatan Bathin XXIV di Desa Terap didapatkan bahwa tidak ada fasilitas pelayanan kesehatan dan Tenaga Kesehatan masih belum maksimal dalam mendukung kegiatan SAD (Lesmana,Ridwan. 2018).

Berdasarkan uraian penelitian-penelitian yang telah dilakukan pada SAD di Provinsi Jambi diketahui bahwa SAD di Desa Hajran belum pernah diteliti mengenai tanaman obatnya, oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian terkait.

 

2. METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, beker glas, pipet tetes, corong, bunsen, kaki tiga, dan kertas saring.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 sampel tanaman obat SAD, Aquadest, perekasi Dragendorff, pereaksi Meyer, logam magnesium, HCL, asam asetat glasial, H2SO4,FeCl3 1%, kloroform, etanol, HCL pekat, amil alcohol, eter dan reaksi liberman burchard

Cara Kerja
Determinasi
Determinasi tumbuhan obat dari SAD Desa Hajran dilakukan di laboratorium Biologi Universitas Andalas.

Skrining Fitokimia
Uji Alkaloid
Identifikasi menggunakan 1 ml filtrat sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml kloroform dan 2 ml amonia lalu saring. Filtrat ditambahkan 5 tetes H?SO? pekat lalu dikocok hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas dipisahkan kedalam 3 tabung reaksi lalu di tambahkan 4-5 tetes dengan reagen meyer menghasilkan endapan putih/kuning kecoklatan dan 4-5 tetes reagen dragendroff menghasilkan endapan merah jingga.(Harborne, 1996).
Uji Flavonoid
Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 5 tetes etanol lalu dikocok dan dipanaskan. Setelah itu ditambahkan dengan logam magnesium dan 5 tetes HCl pekat lalu disaring dan ditambahkan amil alkohol, dikocok kuat, lalu diamati warna lapisan amil alkohol yang terbentuk. Jika menghasilkan warna kuning, orange, dan merah menandakan adanya flavonoid (Harborne, 1996).
Uji Saponin
Sebanyak 1 ml filtrate ditambahkan dengan air secukupnya kemudian panaskan pada air mendidih dalam pemanas air. Dinginkan kemudian filtrat dikocok, di tambahkan HCl dan di diamkan selama 15 menit. Pada tabung sampel terdapat busa minimal 1-10 cm maka positif mengandung saponin (Harborne, 1996). Uji Steroid dan Triterpenoid
Identifikasi triterpenoid dan steroid dilakukan denganditambahkan eter kemudian didiamkan setelah itu dipipet dan disaring. Filtrat diuapkan eternya lalu residunya ditambahkan pereaksi Lieberman Burchard (5 mL As.stearat anhidrat + 5 mL H2SO4 dalam etanol 50 mL) dan diamati warnanya. Terbentuknya warna coklat kemerahan menunjukkan reaksi positif terhadap triterpenoid dan terbentuknya warna hijau menunjukan reaksi positif terhadap steroid(Harborne, 1996).
Uji Tanin
Diambil 1 mL sampel dan dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1%. Sampel mengandung tanin bila terjadi perubahan warnadari warna awal hijau muda menjadi hijau kehitaman.(Harborne, 1996).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil skrining fitokimia
No Nama Tumbuhan Nama Ilmiah
Kandungan Metabolit Sekunder

Organ Flavanoid Alkaloid Saponin Tanin Triterpenoid steroid
1 Ilalang Luvunga eleutherandra Akar + - - - - -
2 Rumpun mambu - Daun + + - - + -
3 Tawas Selaginella sp Daun + + - + - -
4 Kabesoung Rourea asplenifolia Daun + + - + - -
5 Tentomo Goniothalamus macrophyllus Daun - + - + - +
6 Berumbung Timonius wallichianus Kulit + + + - - -
7 Pasak bumi Eurycoma longifolia Daun + + + - - -
8 Pengendu urat Tinomiscium petiolare Daun + + - - - -
9 Sre kubung Macaranga triloba Kulit + + - - - -
10 Sempalas Tetracera indica batang + - - + - -

11 Selusuh Luvunga eleutherandra akar - - + - - -
12 Akar penyegar Smilax zeylanica L akar + - - - - -


Obat sakit kepala
Sakit kepala merupakan salah satu penyakit yang sering dirasakan oleh SAD Desa Hajran. Mereka biasa memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitar seperti akar alang alang dan tentomo. Pada penelitian ini hasil skrining fitokimia akar alang alang didapatkan senyawa flavonoid. Pada penelitian lain studi menunjukkan senyawasenyawa fenolat dapat menurunkantekanan darah. Kandungan flavonoid dalam akar alang-alang dan aktivitas antioksidan yang telah dibuktikan, menunjang kemampuan aktivitas antihipertensi dari akar alang-alang (Prisdiany, 2019).
Skrining fitokimia tumbuhan obat tentomo didapatkan hasil positif flavonoid. saponin, tanin dan steroid. Hasil penelitian lain flavonoid, steroid, dan fenol yang diduga berperan sebagai senyawa analgetik (Amiyati, 2014). Pada penelitian laindiduga bahwa flavonoid yang menghambat peradangan pada pengujian aktivitas antiinflamasi (Ramadhani, 2013). Pada penelitian etnofarmasi di Bulukumba terdapat tanaman gawo yang dipercayai sebagai obat sakit kepala (Amin, 2012). Bawang merah, bawang putih, dan sirsak juga dipercayai oleh masyarakat di kawasan TNBG (Taman Nasional Bukit Dua Belas) Desa Sibanggor Julu sebagai obat sakit kepala (Marpaung 2018). Pada penelitian lain tanaman dengan nama lokal celopoi juga dapat di percayai sebagai obat sakit kepala (Murti, 2016). Tanaman dengan nama lokal cocor bebek dan kemala ujan di Dusun Kelampuk Kabupaten Melawi juga dipercayai sebagai obat sakit kepala (Nurhaida,2015). Pada penelitian lain Suku Kaili Ledo Sulawesi Tengah tanaman obat dengan nama lokal lempuyang dan awar-awar dipercayai sebagai obat sakit kepala (Dianto, 2015).

Obat Demam
Suku Anak Dalam Desa Hajran mengatakan bahwa salah satu penyakit yang sering dirasakan adalah demam. Tanaman yang digunakan sebagai obat demam adalah kabesoung, rumpun mambu, berumbung, dan pasak bumi. Tumbuhan rumpun mambu yang dipercaya sebagai obat mengigil dan obat demam memiliki kandungan kimia seperti flavonoid, alkaloid dan triterpenoid. Kandungan flavonoid pada tanaman berkhasiat sebagai pereda demam (antipiretik). Tanaman yang berkhasiat sebagai antipiretik mengandung metabolit sekunder fenolik yang merupakan golongan senyawa flavonoid(Levita 2019).
Kabesoung merupakan salah satu tanaman di SAD Desa Hajran yang berkhasiat sebagai obat demam yang memiliki kandungan senyawa kimia seperti flavonoid, tanin dan alkaloid. pada hasil penelitian lain membuktikan bahwa flavonoid dapat bersifat antipiretik. Selain flavonoid, efek antipiretik juga mungkin disebabkan oleh kandungan kimia lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan kimia lain yang berperan sebagai antipiretik beserta mekanisme kerjanya (Adesokan 2008).
Berumbung merupakan salah satu tanaman berkhasiat obat yang dipercayai oleh SAD Desa Hajran sebagai obat demam. Dari hasil skrining fitokimia terdapat flavonoid, saponin, dan tanin. satu kandungan senyawa berumbung yang diduga dapat mengobati demam adalah flavonoid. Efek antipiretik dari berumbung ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan fenol, salah satunya yaitu senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid akan menempel pada sel imun dan memberikan signal intraseluler untuk mengaktifkan kerja sel imun agar lebih baik (Suproborini. 2018).
Pasak bumi merupakan tumbuhan obat yang dimanfaatkan sebagai obat demam oleh SAD Desa Hajran. Pada skrining fitokimia terdapat senyawa flavonoid, saponin, dan tanin. Akar merupakan bagian dari tumbuhan yang banyak mengandung alkaloid, saponin, dan quasinoid. Hampir semua bagian tumbuhan dimanfaatkan sebagai obat. Kulit atau kayu akar pasak bumi digunakan untuk mengobati demam, sariawan, cacing perut, tonikum pascapartum dan sakit tulang. Daunnya digunakan untuk mengobati penyakit gatal. Bunga dan buahnya digunakan untuk obat disentri. Sedangkan akar pasak bumi dapat digunakan antara lain sebagai tonikum pascapartum, anti mikroba, anti hipertensi, anti inflamasi, antipiretik, anti tumor, mengobati sakitperut, ulkus, malaria, disentri dan yang paling dikenal adalah sebagai afrodisiak (Marlinza, 2009).
Pada penelitian etnofarmasi Suku Kaili Ledo tanaman yang dapat digunakan sebagai obat demam adalah cebe rawit, brotowali, dan siranidi (Dianto,2015). Tanaman dengan nama daerah cocor bebek, akar kuning, dan tempuyang juga digunakan oleh masyarakat Dusun Kelampuk Kabupaten Melawi sebagai obat demam (Nurhaida,2015). Penelitian lain mengatakan bahwa tanaman dengan nama lokal embung juga dapat menurunkan demam (Mucti,2016). Masyarakat di kawasan TNBG Kabupaten Mandailing Natal menggunakan tanaman kunyit, temulawak,tete babi, kemiri, dan kembang sepatu sebagai obat demam (Marpaung 2018). Penelitian lain mengatakan bahwa tanaman dengan nama lokal rumpu dan gawo sebagai obat demam (Amin,2012).
Obat Luka
Suku Anak Dalam Desa Hajran menggunakan daun tawas sebagai obat penyembuh luka, pada penelitian ini yang sudah melalui skrining fitokimia terdapat senyawa flavonoid, tanin dan alkaloid. Pada penelitian lain terkait kandungan kimia yang dapat menyembuhkan luka yaitu tanin, alkaloid dan flavonoid. Mekanisme kerja dapat terjadi karena adanya senyawa tanin yang berfungsi sebagai antibakteri, antifungi dan adstringen yang menyebabkan pengecilan pori-pori kulit, memperkeras kulit, dan menghentikan pendarahan yang ringan (Anggraeni and Bratadiredja 2018).
Penelitian lain menggunakan tanaman dengan nama lokal gawo sebagai obat penyembuh luka (Amin 2012). Tanaman bunga tahi ayam dan tali putri digunakan sebagai obat luka pada masyarakat Desa Sibanggor Ulu Kabupaten Mandailing Natal (Marpaung 2018). Pada penelitian etnofarmakologi di Suku Dayak Tunjung Kalimantan Timur menggunakan tanaman marpela sebagai obat luka (Murti 2016). Penelitian etnobotani lainya menyebutkan bahwa tanaman dengan nama lokal impasing, pisang hutan, resam, simpur, tempuyang, tuyut, dan umang juga dapat digunakan sebagai obat penyembuh luka (Nurhaida 2015). Tanaman stenis (Binahong) juga digunakan sebagai obat luka di Suku Kaili Povinnsi Sulawesi Tengah (Dianto 2015).

Obat Sakit Gigi
Tentomo merupakan obat yang digunakan SAD Desa Hajran sebagai obat sakit gigi. Pada skrining fitokimia didapatkan hasil positif flavonoid. saponin, tanin dan steroid. Hasil penelitian lain flavonoid, steroid, dan fenol yang diduga berperan sebagai senyawa analgetik (Amiyati 2014). Pada penelitian laindiduga bahwa flavonoid yang menghambat peradangan pada pengujian aktivitas antiinflamasi (Ramadhani 2013).
Penelitian etnobotani lain menyebutkan bahwa tenaman pulai dan kacubung digunakan sebagai obat sakit gigi (Indriati2014). Tanaman yang digunakan sebagai obat sakit gigi lainya yaitu stenis binahong (Dianto 2015) ambing buah, pandan wangi, dan putri malu (Nurhaida 2015) pepaya dan kunyit (Marpaung 2018).
Obat Asam Urat
Suku Anak Dalam di Desa Hajran mempercayai tumbuhan pengendu urat sebagai obat asam urat dan sakit sakit pada badan atau pada tulang. Adapun senyawa yang terdapat pada tanaman ini diantaranya yaitu flavonoid dan alkaloid.Senyawa flavonoid dapat menghambat aktivitas xantin oksidase dan bersifat menangkap radikal bebas superoksida sehingga mampu menurunkan kadar asam urat dan mengobati gout (Fadilah 2017). Tanaman yang berkhasiat sebagai obat asam pada penelitian lain yaitu daun salam (Dianto 2015). Pada penelitian tumbuhan obat di Suku Batin Provinsi Jambi terdapat dua tanaman obat yang berkhasiat sebagai oabat asam urat dengan nama lokal kunyit temu dan sambat udan (Muswita 2013).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: