>

Kisah Anton Medan, Umur 12 Tahun Sudah Bunuh Orang dan Jadi Calo Terminal di Tebing Tinggi

Kisah Anton Medan, Umur 12 Tahun Sudah Bunuh Orang dan Jadi Calo Terminal di Tebing Tinggi

JAKARTA— Anton Medan berpulang ke Rahmatullah hari ini (15/3). Kisahnya kerap dikaitkan dengan kejahatan. Sejak kecil umur 12 tahun, Anton sudah jadi calo di Terminal Tebing Tinggi, Sumut. Anton Medan sejak umur 12 tahun memang sudah merantau ke Tebing Tinggi. Ketika itu, Anton sudah menjadi tulang punggung keluarga dan putus sekolah.

Anton Medan menjadi anak jalanan dengan bekerja sebagai calo di Terminal Tebing Tinggi, Sumut. Tebing Tinggi tidak begitu jauh lokasinya dari Kota Medan, Sumatera Utara. Tugasnya di terminal membantu supir bus untuk mencari penumpang.
Singkat cerita, suatu hari Anton Medan cekcok dengan salah satu supir bus di Terminal Tebing Tinggi.

Dia telah mencarikan penumpang namun tak diberikan upah atas kerjanya itu. Karena emosi, Anton Medan lalu memukul supir bus itu dengan balok. Kejadian itu untuk pertama kalinya menyeret Anton Medan berurusan dengan pihak kepolisian.

Setelah kejadian itu, dia merantau ke Kota Medan dan tetap bekerja di lapangan menjaga pasar di kawasan terminal pada malam hari di Kota Medan.

Seperti cerita Anton Medan di stasiun televisi Inews tahun 2018 lalu seperti dilihat Pojoksatu, Senin (15/3), Anton membunuh orang pertama kali di usia 12 tahun.

Anton menceritakan, saat itu dia bekerja di salah satu terminal di Kota Medan. Dan setiap mendapat uang, dia selalu menyimpan uangnya di dalam saku celana.

Uang yang didapat di terminal ini biasanya disimpan dan sekali tiga minggu, dia belanjakan untuk kebutuhan keluarganya. “Sekali tiga minggu saya pulang ke Tebing Tinggi. Bawa belanja ikan asin, kecap, dan kebutuhan lainnya untuk keluarga. Umur saya waktu itu masih 12 tahun,” jelasnya.

“Jadi suatu malam uang saya ini diambil preman di sana. Terus saya tanya. Bang kenapa uang saya diambil. Bukannya dikembalikan. Dada saya malah ditendang dan muka saya dipukuli,” cerita Anton Medan.

“Saya sedih sekali. Ini tidak adil. Saya merasa kok tidak ada Tuhan ya. Lalu ada gergaji balok es di dekat saya. Saya tusuk dadanya. Mati,” jelasnya.

Anton mengaku nekat melakukan itu karena terdesak dan juga merasa tak mendapatkan keadilan karena diperlakukan tidak adil. Untuk korban yang dibunuhnya itu merupakan pria dewasa berumur sekitar 34 tahun.

Akibat perbuatan itu, Anton Medan pun harus mendekam di penjara selama empat tahun. Jeruji besi memberikan kenyataan yang pahit untuk dia. Selama bertahun-tahun, Anton Medan hanya dijenguk satu kali oleh keluarganya.

Setelah melewati masa hukuman, Anton Medan pun kembali kerumahnya. Tetapi, dia merasa keluarganya tidak menerima dia lagi yang notabene sebagai narapidana.

Akhirnya, Anton Medan mengambil keputusan besar untuk merantau ke Jakarta beradu nasib. Awalnya, dia ke Ibu Kota dengan tujuan mencari alamat Pamannya di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Tapi bukannya disambut, Pamannya itu malah mengusirnya.

Kekecewaan mendalam dan merasa sebatang kara membuat Anton Medan marah. Masa depannya dianggap telah usai. Perjalanannya menjadi penjahat kelas teri pun dimulai dari rangkaian itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: