>

KRI Nanggala-402 Terjebak di Lubuk Sedalam 700 Meter

KRI Nanggala-402 Terjebak di Lubuk Sedalam 700 Meter

Dugaannya, kapal mengalami blackout saat melakukan selam statis. Itu mengakibatkan kapal tidak terkendali dan tidak dapat melaksanakan prosedur kedaruratan untuk kembali naik ke permukaan laut. ’’Dugaannya gangguan kelistrikan,’’ ulas pakar militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi.

Menurut Fahmi, KRI Nanggala-402 tidak mungkin kelebihan beban saat melaksanakan tugas latihan. Meski membawa 53 personel TNI-AL dan torpedo SUT, dia percaya itu melalui perhitungan yang matang. ’’Angkatan Laut pasti mempersiapkan alutsistanya sebelum dikirim latihan,’’ katanya.

Persiapan itu merupakan prosedur yang wajib dijalani. Tidak satu pun alutsista boleh ikut misi, baik itu latihan maupun operasi, dalam keadaan tidak siap. Karena itu, dia yakin bahwa kapal selam yang hilang kontak tersebut dalam keadaan siap.

Meski begitu, Fahmi tidak menampik kemungkinan faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan munculnya gangguan. Mengingat usia kapal selam yang tergolong tua. ’’Umurnya sudah 40 tahun,’’ ucap Fahmi.

Sejak masuk jajaran Satkalsel TNI-AL pada 1981, KRI Nanggala-402 memang sudah melalui berbagai macam penugasan. Kapal selam itu juga beberapa kali overhaul. ’’Kapal itu ternyata sudah overhaul dan peremajaan sistem di Korea,’’ tambahnya.

Menurut Fahmi, ke depan harus dilakukan evaluasi yang benar-benar serius menyangkut alutsista berumur tua. Meski masih layak dan dalam keadaan siap operasi, alutsista yang sudah berusia puluhan tahun tetap harus diperhatikan lebih ekstra. Sebab, bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kerugiannya menjadi berlipat. Termasuk kehilangan personel. ”Itu kerugian paling besar,” ucapnya.

Selain dugaan gangguan kelistrikan, KRI Nanggala-402 diduga mengalami kebocoran atau kerusakan di bagian tangki. Dugaan itu muncul setelah pencarian lewat udara mendapati tumpahan minyak atau bahan bakar di lokasi awal kapal selam tersebut menyelam. Dengan kondisi itu, Fahmi menyatakan bahwa seluruh tim pencarian kini harus bekerja cepat. ’’Mereka berkejaran dengan waktu,’’ kata dia.

Pencarian dan evakuasi harus cepat dilakukan agar persentase menyelamatkan seluruh awak kapal tetap besar. Menurut dia, itu yang terpenting dan harus diupayakan maksimal oleh TNI-AL.

Sementara itu, tim SAR dari Pos SAR Singaraja disiagakan di Pelabuhan Celukan Bawang, Buleleng. Pantauan Jawa Pos Radar Bali, belasan personel bersiaga sejak pukul 20.00 tadi malam.

Kepala Pos SAR Singaraja Dudi Librana menolak memberikan komentar soal aktivitas personelnya di kawasan Pelabuhan Celukan Bawang. Alasannya, belum ada instruksi terkait proses pencarian kapal selam. Pihak TNI-AL di Pos AL Celukan Bawang juga menolak memberikan komentar.

Dari Banyuwangi, agenda latihan penembakan rudal C-802 dan torpedo SUT yang rencananya disaksikan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono mendadak berubah. KSAL yang diagendakan naik KRI dr Soeharso 990 dari Pelabuhan Tanjung Wangi pada Rabu sore (21/4) hingga tadi malam masih bertahan di Markas Lanal Banyuwangi.

Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, rombongan KSAL tiba pukul 14.15 di Bandara Banyuwangi menggunakan pesawat CN-235 milik TNI-AL. Beberapa pejabat dari Mabesal, termasuk Asrena KSAL Laksda TNI Muhamad Ali, ikut dalam rombongan tersebut. Sesuai jadwal, seharusnya KSAL naik ke KRI Soeharso pukul 16.30. Namun, hingga pukul 19.00, KSAL masih bertahan di Mako Lanal. Baru pada pukul 19.50 KSAL masuk KRI Soeharso.

Basarnas Banyuwangi hingga tadi malam pukul 20.00 mengaku masih belum mendapatkan perintah dari pusat. Koordinator Basarnas Banyuwangi Wahyu Setya Budi menegaskan, personelnya tetap siap siaga. Jika sewaktu-waktu ada perintah untuk evakuasi atau patroli, timnya siap meluncur ke perairan yang diduga sebagai tempat hilangnya kapal selam KRI Nanggala. ”Kami masih menunggu perintah dari pusat. Basarnas pusat masih berkoordinasi dengan angkatan laut,” jelasnya. (*)

Sumber: www.jawapos.com

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: