Presiden Ukraina Keluarkan Dekrit, Intelijen AS: Kiev Jatuh dalam Hitungan Hari

Presiden Ukraina Keluarkan Dekrit, Intelijen AS: Kiev Jatuh dalam Hitungan Hari

KIEV– Melewati berbagai kota di tengah gempuran Rusia, berganti dari kereta api yang terhenti di pinggiran Kiev ke taksi yang mahal untuk membawa mereka ke pusat kota, sampailah suami istri itu di depan pintu gerbang. Tapi, yang didapat setelah hampir 12 jam melakukan perjalanan itu hanya pengumuman yang tertempel.

“Hari ini kami tidak bekerja, maaf atas ketidaknyamanannya.” Demikian pengumuman yang terpasang di pusat registrasi biometrik, Kiev, Ukraina, tersebut pada Kamis (24/2) lalu.

Seperti ditulis The Guardian, Fozan Dar dan istrinya, Iryna, yang membaca pengumuman tersebut langsung lemas. Iryna ingin mengurus visa agar bisa segera terbang ke Inggris bersama sang suami yang merupakan warga negara tersebut.

Universitas tempat Fozan Dar menempuh pendidikan mengevakuasi mahasiswa internasional. Tapi, istrinya yang warga negara Ukraina tidak bisa ikut tanpa visa.

 

“Saya tidak akan meninggalkannya. Saya harus melindunginya,” katanya.

Fozan dan Iryna hanya satu bagian dari arus eksodus Ukraina seiring kian masifnya serangan Rusia ke negeri tetangganya itu. Pasukan Negeri Beruang Merah bahkan sudah mendekati ibu kota Kiev.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa 137 personel militer dan penduduk sipil telah terbunuh. Lebih dari 300 orang terluka kurang dari 24 jam pasca serangan. Jumlah tersebut terus merangkak naik setiap menitnya.

Betapa pun kuatnya Ukraina melawan, kekuatan mereka tidak sebanding dengan Rusia. Di lain pihak, blok Barat hingga kini belum mengirimkan bantuan ke garis depan.
Yang mereka lakukan adalah mengecam dan menjatuhkan sanksi. Padahal, bantuan utama yang dibutuhkan Ukraina saat ini adalah dukungan pasukan untuk menghalau tentara Rusia.
“Ukraina dibiarkan sendirian membela negara. Siapa yang siap bertarung bersama kami? Jujur saya tidak melihatnya,” tegas Zelensky.

Pemimpin 44 tahun tersebut mengeluarkan dekrit untuk mobilisasi penuh militer dan melarang penduduk pria usia 18–60 tahun meninggalkan Ukraina.
Mereka semua diminta angkat senjata membantu melawan Rusia dan pasukan pemberontak. Dekrit itu berlaku selama 90 hari.

Gempuran Rusia mengakibatkan setidaknya 100 ribu orang kehilangan tempat tinggal dan menjadi pengungsi di dalam negeri. Sebagian berlindung di stasiun-stasiun KA bawah tanah.
Ribuan lainnya memilih melintasi perbatasan dan mencari suaka di negara lain. Tampak deretan mobil dan orang-orang yang berjalan kaki melintas ke Hungaria, Polandia, dan Rumania.

Ratusan warga Ukraina sudah tiba di Kota Przemysl, Polandia, yang berbatasan langsung dengan Ukraina. Polisi, tentara, dan beberapa tim yang dikerahkan pemerintah Polandia memberikan sup serta bantuan lain kepada para pengungsi yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
“Saya merasa aman di sini, tapi saya tidak bisa membantu saudara dan teman-teman. Banyak di antara mereka dalam keadaan terancam karena tidak bisa pergi secepatnya,” ujar Olha, pengungsi dari Kiev.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: