Terkait Pemecatan dokter Terawan dari IDI, Bisa Dianggap sebagai Kemunduran Dunia Keilmuwan
JAKARTA - Ada yang hilang dari tujuan dan fungsi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), setelah pemecatan dokter Terawan Agus Putranto sebagai anggota organisasi profesi dokter itu. Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Ilmuan Praktisi Hukum Indonesia (Alpha), Azmi Syahputra, Minggu (27/3).
Melalui keterangan tertulisnya, Azmi menyampaikan, meski terdapat perbedaan metode terapi DSA, namun metode yang dilakukan oleh dokter Terawan sudah teruji dan mantan Kepala RSPAD itu memiliki kompetensi.
Dikatakan Azmi, sayangnya IDI sebagai lembaga organisasi menggunakan pendekatan kewenangan yuridis dan sanksi pada anggotanya.
“Maka disinilah tidak ketemu keduanya, padahal metode yang ditemukan dokter Terawan semestinya bisa menjadi aset intelektual bangsa karenanya hal ini perlu ditangani dan peran pemerintah dengan langkah cepat dan bijak,” kata Azmi.
Seharusnya, sambung Azmi, IDI sebagai rumah bagi ilmuwan dan profesional dapat menghimpun segenap potensi dokter dari seluruh Indonesia.
Lalu menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta kehormatan profesi kedokteran, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, termasuk meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat sehat dan sejahtera.
“Tidak bijaksana melakukan pemberhentian,” tekan Azmi.
Sebab menurut Azmi, IDI jangan lari dari tujuan organisasi. Pasalnya, ilmu kedokteran pasti berkembang dan perlu kekuatan bersama serta kajian yang komprehensif guna menemukan formulasi yang baik bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
Lebih lanjut azmi menilai bahwa masalah ini justru tampak ada perbedaaan pandangan personal komunikasi dengan organisasi atau ada dugaan ‘rebutan lahan’ karena dokter Terawan yang dianggap sebagai dokter radiologi justru masuk ke bidang dokter spesialis lainnya.
“Ini kemungkinan pertama atau bisa jadi ada irisan faktor lain,” katanya.
Namun meskipun demikian jika dianggap Dokter Terawan memang dokter yang memiliki multi kemampuan di bidangnya seharusnya di dorong untuk studi lanjut.
Lalu difasilitasi labotoriumnya atau dibuat tim terpadu untuk melakukan penelitian di bidang yang ia temukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: