DISWAY BARU

Rp200 Triliun: Jalan Tol Pertumbuhan atau Jurang Risiko?

Rp200 Triliun: Jalan Tol Pertumbuhan atau Jurang Risiko?

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa-IG kemenkeuri-

BACA JUGA:Prabowo Lantik 4 Menteri dan 1 Wamen, Purbaya Gantikan Sri Mulyani

Di sisi profitabilitas, return on equity (ROE) bank dapat terdongkrak bila dana benar-benar tersalurkan ke sektor produktif dengan kualitas baik. Kredit ke UMKM, manufaktur, atau infrastruktur yang dikelola hati-hati akan memperluas basis pendapatan bunga, mendorong laba bersih, dan pada akhirnya meningkatkan ROE.

 

Namun, risiko sebaliknya juga besar. Jika penyaluran kredit dipaksakan tanpa seleksi ketat, kualitas portofolio berpotensi memburuk. Bank harus memperbesar pencadangan kerugian penurunan nilai (CKPN), yang secara langsung menggerus laba. Akibatnya, bukannya meningkat, ROE justru bisa turun tajam. Investor dan pasar akan menangkap sinyal negatif ini sebagai penurunan fundamental, menekan valuasi bank di pasar modal.

 

*Risiko Tiga Dimensi: Kredit, Likuiditas, dan Pasar*

 

Kebijakan masif selalu membawa konsekuensi risiko. Ada tiga dimensi risiko utama yang harus diwaspadai perbankan.

 

Pertama, risiko kredit. Dorongan penyaluran dana dalam waktu cepat berisiko mengurangi kedalaman analisis debitur. Moral hazard mengintai bila bank lebih mengejar target penyaluran daripada kualitas.

 

Kedua, risiko likuiditas. Bila dana berlebih tidak terserap ke kredit produktif, bank menghadapi dilema. Menaruh dana di instrumen jangka pendek akan menekan yield, sementara menyalurkan secara agresif membuka risiko kredit macet.

 

Ketiga, risiko pasar. Injeksi likuiditas skala besar berpotensi memengaruhi suku bunga dan nilai tukar. Bank yang tidak mengelola interest rate risk atau foreign exchange risk dengan baik bisa terjebak kerugian di portofolio surat berharga maupun mismatch aset-liabilitas.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: