Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Jambi 2025: Generasi Muda Menghidupkan Deklamasi Puisi Melayu Jambi
Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Jambi 2025: Generasi Muda Menghidupkan Deklamasi Puisi Melayu Jambi--
JAMBIEKSPRES.CO.ID - Lomba Deklamasi Puisi Bahasa Melayu Jambi sebagai rangkaian Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Provinsi Jambi 2025 sukses digelar oleh Balai Bahasa Provinsi Jambi di Hotel Grand pada Minggu (19/11). Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan kembali kecintaan generasi muda terhadap Bahasa daerah sekaligus memberi ruang berekspresi melalui seni Deklamasi. Peserta yang terdiri dari siswa SD dan SMP tampil percaya diri membawakan sajak-sajak berbahasa Melayu Jambi.
BACA JUGA:Sekda A Ridwan Raih Penghargaan di Ajang ADGLA 2025
Seluruh puisi yang dibacakan bersumber dari buku digital Sebiduk, kumpulan karya guru peserta pelatihan penulisan puisi Melayu Jambi dari Kota Jambi, Kabupaten Batang Hari, dan Muaro Jambi. Buku digital yang digagas Anjungan Puisi Jambi ini merupakan hasil program Revitalisasi Bahasa Daerah yang mendorong peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan sastra daerah. Setelah pelatihan, seluruh karya diterbitkan lalu dijadikan materi utama lomba, sehingga peserta tidak hanya membaca puisi, tetapi juga terhubung dengan proses kreatif para gurunya.
BACA JUGA:Update Harga Emas di Pegadaian Kamis 20 November 2025, Hari Ini Kompak Naik
Total ada tiga puluh peserta, lima belas dari SD dan lima belas dari SMP, telah lolos seleksi tingkat kabupaten/kota dan dibina oleh guru-guru yang mengikuti diklat revitalisasi. Setiap peserta memilih satu dari lebih dari sembilan puluh puisi dalam Sebiduk, disesuaikan dengan karakter vokal, gaya, dan pesan yang ingin ditampilkan.
BACA JUGA:49 Kontingen Pramuka Bungo Ikut TLTD V Tingkat Kwartir Daerah Jambi
Pelaksanaan lomba berlangsung tertib dan meriah. Peserta mampu menunjukkan penguasaan vokal yang baik, bahkan banyak yang memilih tampil tanpa mikrofon agar lebih bebas berekspresi. Busana Melayu Jambi menjadi ciri utama penampilan, diperkuat dengan selampang FTBI sebagai simbol kebanggaan budaya daerah. Beberapa peserta menggunakan properti seperti parang, rebana, dan piring seng untuk memperkuat citraan bunyi, meski pemanfaatannya masih perlu ditingkatkan karena belum seluruhnya selaras dengan makna puisi.
BACA JUGA:Ka. Kwarnas Pimpin Langsung Apel Besar Hari Pramuka ke-64 Tingkat Kwarda Jambi
Catatan penting dewan juri adalah kurangnya eksplorasi dialek lokal dalam pelafalan puisi. Banyak peserta membaca dalam nuansa bahasa Indonesia baku sehingga warna lokal kurang mengemuka. Hanya sebagian kecil yang berani menonjolkan ciri fonologis khas Melayu Jambi. Masukan ini menjadi perhatian agar pembimbing dan peserta ke depan lebih mendalami logat serta berkonsultasi dengan penutur asli.
Penilaian dilakukan oleh tiga juri yaitu Ide Bagus Putra, Putra Agung, dan Nefri Dwi Boy berdasarkan empat aspek: kreativitas dan ekspresi, kebahasaan, penguasaan puisi, dan penampilan panggung. Dewan juri menekankan pentingnya memahami puisi secara mendalam agar ekspresi dan intonasi tepat sasaran.
Sebagai bagian dari program Revitalisasi Bahasa Daerah, FTBI tidak hanya menjadi ajang kompetisi tetapi juga ruang belajar. “Juri merekomendasikan adanya sesi evaluasi lanjutan bagi guru dan peserta untuk memperkuat pembinaan. Festival ini meninggalkan kesan mendalam dan menegaskan bahwa bahasa Melayu Jambi tetap relevan untuk dilestarikan melalui kreativitas generasi muda,” ujar Ide Bagus Putra salah seorang Juri.
BACA JUGA:PalmCo Lampaui Target Penyaluran Beras SPHP
Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Jambi 2025 menjadi bukti nyata bahwa bahasa Melayu Jambi, dengan kekayaan ragam tutur dan dialeknya, tetap relevan dan layak dilestarikan. Melalui partisipasi generasi muda, program revitalisasi bahasa daerah tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membuka ruang baru bagi kreativitas sastra dan seni pertunjukan. “Kesadaran inilah yang diharapkan terus tumbuh di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Mari bangga menggunakan bahasa daerah Jambi sebagai bagian penting dari jati diri budaya kita,” imbuh Ide. (*/kar)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



