Menakar Langkah Bisnis Jambi di Tahun 2024: Peluang, Tantangan, dan Arah Masa Depan

Selasa 24-12-2024,14:48 WIB
Editor : Setya Novanto

Oleh: Syahmardi Yacob*

Pengantar

Provinsi Jambi, dengan kekayaan sumber daya alamnya, terus berupaya mengembangkan perekonomian yang berkelanjutan. Sebagai salah satu wilayah strategis di Sumatra, Jambi memiliki potensi besar dalam berbagai sektor ekonomi, terutama di bidang agrikultur, kehutanan, pertambangan, dan energi. Sebagai penghasil utama kelapa sawit, karet, dan hasil hutan, provinsi ini menyumbang kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat kontribusi sebesar 34,10% terhadap PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II tahun 2024, menjadikannya tulang punggung utama perekonomian daerah (BPS Jambi, 2024).

Namun, ketergantungan pada sektor primer ini menghadirkan tantangan besar. Fluktuasi harga komoditas global terus memengaruhi pendapatan petani dan pelaku usaha lokal. Misalnya, pada tahun 2024, dampak El Niño tidak hanya menyebabkan penurunan produksi kelapa sawit dan karet, tetapi juga meningkatkan biaya produksi akibat berkurangnya ketersediaan air di beberapa sentra perkebunan utama seperti Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur (BI Jambi, 2024).

Sektor pertambangan juga menjadi salah satu pilar ekonomi Jambi, khususnya batubara dan minyak bumi. Aktivitas di sektor ini kembali bergeliat pada tahun 2024, terutama dengan pembukaan jalur distribusi darat baru yang menghubungkan Jambi dengan pelabuhan di Sumatra Selatan. Namun, tantangan lingkungan tetap menjadi isu kritis, dengan dampak penggalian dan distribusi tambang yang memengaruhi kualitas air Sungai Batanghari, yang menjadi urat nadi distribusi ekonomi daerah (BI Jambi, 2024).

Selain sektor primer, inisiatif untuk mendorong sektor sekunder dan tersier terus dikembangkan. Digitalisasi menjadi salah satu motor utama transformasi ekonomi di Provinsi Jambi. Pada tahun 2024, pelaku UMKM di Jambi semakin banyak yang memanfaatkan platform digital untuk memperluas pasar. Berdasarkan laporan Bank Indonesia, lebih dari 10.000 pelaku UMKM di Jambi telah bergabung dalam ekosistem digital melalui platform e-commerce dan pembayaran elektronik. Hal ini meningkatkan daya saing produk lokal di pasar domestik bahkan internasional (BI Jambi, 2024).

Namun, masalah kesenjangan antarwilayah masih menjadi tantangan serius. Kabupaten-kabupaten seperti Kerinci, yang memiliki potensi besar di sektor pariwisata, mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten lain yang masih bergantung pada pertanian tradisional. Ketimpangan ini dapat menimbulkan masalah sosial jika tidak segera diatasi dengan kebijakan pembangunan yang inklusif dan merata.

Selain itu, tantangan lingkungan juga perlu menjadi perhatian serius. Deforestasi, alih fungsi lahan, dan konflik agraria semakin memperburuk daya dukung lingkungan di Jambi. Pada tahun 2024, beberapa wilayah di Jambi mengalami banjir yang lebih parah akibat penggundulan hutan di daerah hulu. Hal ini tidak hanya mengancam keberlanjutan sumber daya alam, tetapi juga mengganggu stabilitas ekonomi yang bergantung pada ekosistem yang sehat (BPS Jambi, 2024).

Tahun 2024 menjadi momen penting untuk mengevaluasi sejauh mana langkah-langkah strategis pemerintah daerah dan pelaku usaha mampu menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang. Dengan tekanan global seperti transisi menuju ekonomi hijau dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, Jambi berada di persimpangan untuk menentukan arah pembangunan di masa depan. Apakah Jambi akan maju dengan ekonomi yang lebih terdiversifikasi dan berkelanjutan, atau justru stagnan karena tantangan struktural yang belum teratasi? Pertanyaan ini harus dijawab melalui kerja sama erat antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2024 memberikan gambaran yang menarik sekaligus menantang. Di satu sisi, ada keberhasilan yang patut diapresiasi, sementara di sisi lain terdapat kelemahan yang perlu segera diperbaiki. Dengan pencapaian pertumbuhan sebesar 4,15% pada triwulan II-2024, Jambi menunjukkan kemampuan untuk bangkit dari tantangan masa lalu, terutama berkat kontribusi besar sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Lonjakan sebesar 14,74% di sektor ini bukan hanya angka, tetapi mencerminkan upaya nyata untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Investasi pada fasilitas kesehatan dan layanan sosial pascapandemi telah menjangkau masyarakat di pelosok daerah, membuka akses yang sebelumnya sulit dijangkau. Hal ini menjadi tanda optimisme bahwa pembangunan yang inklusif bisa terwujud.

Selain itu, percepatan digitalisasi membawa harapan baru bagi masyarakat dan pelaku usaha lokal. Peningkatan penggunaan layanan e-commerce sebesar 20% pada semester pertama 2024 adalah bukti nyata bahwa masyarakat Jambi semakin akrab dengan teknologi digital. UMKM mulai memanfaatkan platform ini untuk memperluas pasar, membuka peluang baru yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, di balik cerita sukses ini, masih ada pertanyaan besar: apakah semua wilayah Jambi menikmati kemajuan ini secara merata? Bagi mereka yang tinggal di wilayah terpencil dengan akses internet yang terbatas, digitalisasi mungkin masih terasa sebagai janji yang belum terpenuhi.

Sayangnya, optimisme ini sedikit meredup pada triwulan III-2024. Dampak fenomena El Niño menjadi pengingat bahwa ketergantungan Jambi pada sektor pertanian, terutama kelapa sawit dan karet, masih sangat besar. Penurunan produksi hingga 12% di beberapa wilayah seperti Tebo dan Batanghari tidak hanya berdampak pada pendapatan petani, tetapi juga pada industri yang bergantung pada hasil pertanian ini. Bagi banyak keluarga yang menggantungkan hidup pada sektor ini, tantangan seperti ini lebih dari sekadar statistik; ini adalah soal bertahan hidup.

Di sisi lain, sektor industri pengolahan dan perdagangan memberikan angin segar. Pertumbuhan sebesar 5,3% di sektor industri menunjukkan adanya upaya untuk bergerak ke arah yang lebih maju, memanfaatkan kekayaan alam Jambi dengan cara yang lebih bernilai tambah. Begitu pula dengan meningkatnya aktivitas perdagangan selama bulan Ramadan dan Idul Fitri, yang tidak hanya mendongkrak konsumsi domestik tetapi juga menjadi momen bagi masyarakat untuk merasa lebih optimis di tengah tantangan ekonomi.

Proyek-proyek infrastruktur seperti jalan tol Trans-Sumatra juga menjadi sumber harapan. Infrastruktur ini tidak hanya membuka konektivitas baru, tetapi juga menghadirkan peluang bagi banyak orang, mulai dari pelaku bisnis hingga masyarakat umum. Namun, pembangunan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Kita perlu memastikan bahwa manfaatnya dirasakan oleh semua, bukan hanya oleh segelintir kelompok, dan dampaknya terhadap lingkungan diminimalkan.

Kategori :