JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Tak lama lagi jalur dari Semarang-Demak bakal lebih lebih cepat dan mudah.
Hal ini menyusul bakal dilanjutkannya lagi pembangunan jalan tol Semarang-Demak.
Seperti diketahui saat ini jalan tol Semarang-Demak yang sudah beroperasi seksi 2 Sayung - Demak sepanjang 16,31 km sejak 25 Februari 2023.
Sedangkan untuk Seksi 1 Semarang - Sayung sepanjang 10,64 Km sedang dikebut proses pengerjaan.
Jalan tol Semarang - Sayung berada di atas laut dan terbagi menjadi 3 paket yang saat ini dalam tahap konstruksi dengan progres fisik.
Secara keseluruhan baru mencapai 9,25 persen dengan target penyelesaian konstruksi keseluruhan Paket tersebut adalah pada Februari 2027.
BACA JUGA:Hari Ini Jalan Tol Indrapura-Kisaran Seksi Lima Puluh-Kisaran Dioperasikan Tanpa Tarif
Pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak akan terintegrasi dengan tanggul laut. Dimana struktur timbunan di atas laut diperkuat oleh matras bambu setebal 17 lapis.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang - Demak sebagai suatu sistem matras.
Sebelumnya, Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melaksanakan pengujian untuk mengukur kelayakan menggunakan bahan bambu.
Pengujian tersebut dilakukan untuk mempersiapkan bahan bambu yang akan digunakan sebagai konstruksi matras untuk mempercepat waktu konsolidasi pada tanah di lokasi konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak.
Saat ini pengerjaan konstruksi pada paket 1B yang berada di atas laut sepanjang kurang lebih 10 Km menggunakan matras bambu sebagai pondasi dan diperlukan sekitar 10 juta batang bambu yang dianyam oleh 1500 pekerja terampil.
Bambu-bambu tersebut berasal dari Wonogiri, Magelang, dan Purworejo, dengan kriteria khusus yaitu lurus dengan panjang 8 meter dan diameter antara 8 – 10 cm.
Selain sistem matras bambu, penguatan kondisi tanah dilakukan juga dengan cara pemasangan material pengalir vertikal pra-fabrikasi atau PVD serta melaksanakan pembebanan menggunakan material pasir laut yang diambil menggunakan alat Trailing Suction Hopping Dredger atau TSHD.
Penggunaan matras bambu tidak hanya berfungsi sebagai pondasi tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem laut. Bambu yang telah digunakan sebagai matras nantinya akan terendam dan akan menjadi bagian dari terumbu karang, sekaligus menambah kekuatan struktural di bawah air.