Membedakan Informasi Hoax atau Bukan, Ini 3 Tips dari Pimred Jambi Ekspres Buat Para Gen Z

Selasa 30-01-2024,13:52 WIB
Reporter : Dona Piscesika
Editor : Dona Piscesika

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Pemimpin Redaksi Jambi Ekspres Pirma Satria mengatakan, Gen Z merupakan kelompok yang paling rentan terpapar infomasi hoax.

Gen Z atau generasi Z adalah generasi yang lahir dari tahun 1997 hingga 2012.

Kondisi ini disampaikan Pirma Satria dalam kegiatan Jambi Ekspres Science Olympiad Goes to Singapore di Infinity Hotel, Senin (29/1/2024).

Dihadapan hampir 60 peserta yang rata-rata Gen Z,  Pirma pun mencoba melakukan survey sederhana, bertanya kepada yang hadir, darimana rata-rata mereka mendapat infomasi?

Cukup miris, ternyata hanya sekitar 15 persen yang menjawab dari media online maupun media cetak seperti majalah dan koran.

Sedangkan 85 persen Gen Z yang hadir di ruangan itu mengatakan mereka sering mendapat banyak informasi dari sosial media.

“Ini agak mengkhawatirkan, karena medsos merupakan sumber informasi hoax paling tinggi untuk saat ini,” ujar pria yang juga Sekretaris SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) Jambi ini.

Pirma tidak menyalahkan Gen Z memperoleh banyak informasi dari sosial media. Namun ia menghimbau agar para Gen Z ini tetap bisa cerdas memilah, mana berita yang benar dan mana yang hoax.

Lantas bagaimana cara membedakan informasi dari sosmed itu hoax atau tidak? Ia berbagi 3 tips berikut.

1. Perhatikan Akun Sosmed Sumber Informasi

Saat mendapat sebuah informasi dari sosial media, Gen Z bisa memperhatikan akun sumber berita yang dimaksud.

Apakah disebar oleh akun milik orang perorangan yang belum pernah kita kenal sebelumnya, atau diunggah oleh akun dari sumber informasi resmi milik perusahaan media, tokoh terkenal, atau bagaimana.

Jika itu diperoleh dari akun-akun pribadi, itu tetap perlu dicermati dengan baik. Sementara jika itu dari akun resmi milik perusahaan media, itu akan lebih bisa dipercaya.

2. Compare dengan Informasi di Media Mainstream

Apabila kita mendapat kan sebuah infomasi, misalnya tentang kejadian A, di sebuah akun sosial media.

Akan sangat bijak bila Gen Z bisa langsung mencompare atau membandingkan informasi tersebut dengan mencari tahu atau searching ke situs-situs media-media mainstream yang telah dipercaya.

Mengapa harus dicompare? Karena media-media mainstream selalu menyajikan berita yang lebih akurat dangan narasumber yang tentu lebih jelas, berdasarkan hasil liputan, maupun berdasarkan olah data para jurnalisnya.

Caranya cukup sederhana, misalnya ingin mencari tahu tentang 'kecelakaan di simpang A', tinggal seacrh di google 'kecelakaan di simpang A Jambi Ekspres'. Cantumkan nama media yang ingin dituju, guna mengetahui informasi tersebut.

3. Jadikan Media Mainstream Sebagai Sumber Informasi Utama

Pirma Satria juga menghimbau para Gen Z untuk menjadikan media-media mainstream atau media arus utama untuk menjadi rujukan informasi.

Media mainstream ini umumnya merupakan kelompok media-media yang kredibilitasnya sudah dipercaya, memiliki struktur redaksi yang jelas dan kantor yang jelas.

Sosmed kata Pirma Satria juga penting, sebagai sarana untuk berinteraksi dan bersosialisasi, namun menyerap informasi secara akurat, itu juga jauh sangat penting agar tidak terjebak dengan informasi hoax.

Apalagi dampak hoax cukup buruk untuk diri seseorang, informasi hoax bahkan bisa menganggu kesehatan mental seseorang mulai dari rasa cemas hingga juga bisa memicu kekerasan.

“Jadilah Gen Z yang bijak, menyerap infomasi langsung dari media-media yang telah melakukan proses pengumpulan berita sesuai prosedurnya, mulai dari liputan di lapangan, wawancara, mengolah data, setelah diketik wartawannya, dicek kembali oleh redakturnya, kemudian baru ditayangkan menjadi sebuah produk berita,” nasehat pria yang biasa dipanggil Pipin ini, menutup pertemuan. (dpc)

 

 

Kategori :