JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Masih segar dalam ingatan kita pada Juli 2023 lalu sebuah terowongan terendam banjir dan makan banyak korban jiwa di Korea Selatan (Korsel).
Terowongan itu berada di Kota Cheongju Korsel, kejadian ini bermula ketika terjadi banjir bandang di sekitar lokasi terowongan yang mengakibatkan terowongan ikut terendam.
Mengerikan, banyak kendaraan terjebak dan ditemukan sedikitnya 14 mayat di dalam terowongan.
Korea Selatan memang sudah sejak lama terkenal dengan teknologi terowongan. Setidaknya terdapat tiga terowongan bawah laut di negara ini.
Pertama yaitu Terowongan Bawah Laut Boryeong sepanjang 6,9 kilometer menghubungkan Boryeong dengan Pulau Wonsan.
Kemudian terowongan penghubung Busan dan Geoje sepanjang 3,2 meter di bawah laut.
Dan ketiga yaitu terowongan bawah laut Tongyeong yang dibangun pada tahun 1932 khusus untuk pengguna sepeda motor.
Dan kini terowongan sepanjang 483 meter atau nyaris 0,5 kilometer ini khusus untuk pejalan kaki.
Kemahiran Korsel dalam bidang terowongan laut lah yang membuat RI tertarik mengajak Korsel membangun terowongan bawah laut di IKN.
Bahkan pemerintah RI secara terang-terangan mengajak Korsel melakukan kerjasama internasional dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Maret 2023 lalu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga telah menghadiri Korea-Indonesia New City Cooperation Forum yang diselenggarakan oleh Ministry of Land, Infrastructure and Transport Korea Selatan di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (16/03).
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, sebelumnya Kementerian PUPR telah menjalin kerjasama dengan K-Water.
Korsel kata Basuki telah berpengalaman dan punya teknologi, dan kapabilitas yang sangat baik untuk sektor pengelolaan air.
Korsel juga memiliki Nota Kesepahaman tentang Kerja Sama Teknis Pemindahan dan Pembangunan IKN.
“Personally, kami sangat nyaman dan terbuka kalau bekerja sama dengan Korea Selatan,” lanjut Basuki
BACA JUGA:Sambung Jawa-Sumatera, Beda Presiden Beda Idenya Ada yang Jembatan Ada yang Terowongan
Terkait dengan proyek terowongan bawah laut IKN, pemerintah memang berencana membuat terowongan di Teluk Balikpapan.
Terowongan ini nantinya untuk akses jalan menuju Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Terowongan ini rencananya dibangun dengan panjang 1,5 kilometer dan akan bekerjasama dengan Korea Selatan.
Kedalaman terowongan sekitar 40 meter dengan 22 meter. Mengingat ini bukanlah pekerjaan mudah, diperkirakan terowongan membutuhkan nilai investasi mencapai Rp3 Triliun.
Sekedar menyeberangi teluk sepanjang 1,5 Kilometer sebenarnya bisa saja dibuat jembatan atas laut, namun rupanya pemerintah memiliki pertimbangannya sendiri mengapa ini harus dibangun di bawah laut.
Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Kementerian PUPR, Danis H Sumadilaga dalam keterangannya mengatakan, struktur jembatan biasa atas laut berpotensi mengubah morfologi lingkungan Selat Balikpapan.
Terowongan jalan terus namun melindungi flora dan fauna katanya tetap harus yang utama. Agar endemik dan bekantan yang ada di Selat Balikpapan tetap berjaga.
Kata Danis terowongan bawah laut IKN ini akan akan menggunakan teknologi immersed tunnel yang pernah diterapkan di terowongan Fehmarn Eropa dan juga diterapkan di terowongan Geoje Busan di Korea Selatan.
Itu sebabnya, nanti terowongan IKN akan melibatkan Korsel dalam studi analisis dan basic designya.
Keterlibatan Korsel juga telah dibahas saat kunjungan Presiden Jokowi ke Korsel pada Juni tahun 2022 lalu.
“Studi kelayakan dan basic desainnya sedang diselesaikan Dirjen Bina Marga,” lanjut Danis.
Harapannya setelah ini rampung maka pembangunan terowongan ini bisa langsung dimulai hingga 2024 Tol Balikpapan-IKN bisa tersambung dan terowongan bawah laut ini juga telah bisa digunakan.
Terowongan ini merupakan bagian dari Proyek Jalan Tol IKN.
Tol IKN ini dibagi atas 6 segmen, dan salah satu segmennya adalah terowongan bawah laut.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian dalam keterangan baru-baru ini mengatakan, di terowongan ini, nanti akan disiapkan pula terowongan pendek berupa lintasan untuk satwa agar satwa laut tetap memiliki akses. (dpc)