Hampir 80 Tahun Dikuasai Amerika, Kini WK Migas Riau Ini Kembali ke Pangkuan RI

Minggu 02-07-2023,21:26 WIB
Reporter : Dona Piscesika
Editor : Dona Piscesika

RIAU, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Hampir 80 tahun pengelolaannya di bawah kendali perusahaan Amerika, siapa sangka kini Wilayah Kerja (WK) Migas Riau Blok Rokan kembali ke pangkuan RI, dikelola oleh perusahaan milik negeri.

Sejarah Blok Rokan sebenarnya dimulai sejak tahun 1924. Saat itu Pulau Sumatera kedatangan 4 ahli geologi dari sebuah perusahaan minyak Amerika bernama Standard Oil Company of California atau Socal. Mereka datang dalam rangka ekspedisi geologis.

Saat datang, Belanda masih menguasai Hindia Belanda. Setelah melakukan beberapa tekanan politik dan lobi, Socal yang berasal dari Amerika itu pun kemudian dapat keleluasaan melakukan penelitian, mencari wilayah yang memiliki potensi migas di tanah air.

Tantangan pun dimulai, para geologi ini mulai masuk ke Pulau Sumatera. Bukan tanpa rintangan, nyamuk malaria, tertimpa pohon, hingga hewan buas seperti harimau dan ular, menjadi hal yang kemudian mereka hadapi bersama pekerja lainnya.

Tahun 1936 kemudian dibentuklah perusahaan Bernama Caltex. Caltex merupakan perusahaan patungan antara dua perusahaan Amerika yaitu Standard Oil Company of California atau Socal yang mengirimkan ahli geologi pertama tadi, dengan The Texas Company Texaco.

Rupanya kegigihan para ahli geologi Socal tadi benaran membuahkan hasil. Pertama kali, mereka menemukan kandungan minyak di Sebanga, hulu Sungai Sebangau Bengkalis. Ini pun tercatat sebagai penemuan pertama mereka.

Selang beberapa bulan kemudian, tim Socal menemukan lagi cadangan minyak lain yaitu di Duri dan juga dilanjutkan dengan Lapangan Rantau Bais.

Keberhasilan Socal kemudian dilirik oleh Belanda. Socal lalu dapat restu melanjutkan eksplorasi di Sumatera Tengah dan ditawari suatu daerah seluas 600.000 hektar di daerah Sumatra Tengah.

Akhir 1941 Caltex kemudian mulai memasang alat pengeboran, bersiap untuk produksi minyak. Sayangnya Jepang datang menguasai Indonesia, pekerjaan Caltex kemudian terhenti.

Tak hanya berhenti, semua ladang minyak yang ada pun langsung diduduki Jepang. Namun Jepang yang cerdik, produksi minyak  Caltex diminta untuk tetap dilanjutkan guna memenuhi kebutuhan minyak Jepang.

Otak Jepang yang berputar, telah pula membuat mereka menemukan ladang Minas sebagai sumber cadangan minyak yang baru di tahun 1944.

Saat kemerdekaan RI tahun 1945, Caltex stop lagi. Hingga akhirnya Presiden Soekarno tahun 1949 menghimbau semua perusahaan Belanda berubah menjadi perusahaan nasional, termasuk Caltex, si perusahaan Amerika ini.

Kemudian Caltex pun melanjutkan bisnisnya di RI dan mengelola wilayah kerja yang diberi nama Blok Rokan di Provinsi Riau, tentu saja dengan syarat ketentuan yang berlaku.

Sejak itu Investasi Caltex di Indonesia pun semakin besar. Diiringi pula dengan produksinya yang kian banyak. Tahun 1958 bahkan berhasil menyentuh 200.000 barrel per hari.

Awal tahun 1960 nama Caltex berubah jadi Caltex Pacific Company (CPC). Blok Rokan dan Caltex pun jadi kian ternama, puncak produksi 1 juta barel per hari (bph) bahkan pernah diraih Caltex pada tahun 1970-an.

Pada tahun 2005, Caltex, sebagai anak perusahaan Chevron dan Texaco Inc kemudian diakuisisi oleh Chevron bersama dengan Texaco dan Unocal, lalu PT Caltex Pacific Indonesia berubah nama menjadi PT Chevron Pacific Indonesia.

Apapun Namanya, perusahaan Amerika ini sejak awal berdiri telah mengebor setidaknya 11.000 sumur minyak dalam waktu hampir 100 tahun operasinya di Indonesia.

Sementara yang menjadi tulang tunggung Chevron adalah Blok Rokan di lapangan Minas dan Lapangan Duri.

Namun tak selamanya perusahaan ini bisa mengelola migas Riau. Setelah Caltex dan kemudian berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia, selama hampir 80 tahun sejak 1924 akhirnya 9 Agustus 2021 pengelolaannya berhasil jatuh ke perusahaan milik negara, PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Tak main-main, PHR langsung memiliki hak Kelola penuh 100 persen atas WK Rokan seluas 6.200 km persegi.

Blok Rokan bukanlah blok kecil, tersebar di 7 Kabupaten di provinsi Riau dengan perkiraan cadangan migas sekitar 1,5 miliar-2 miliar. Semua tersebar di Kabupaten Siak, Bengkalis, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru dan juga Kota Dumai.

Tercatat ada 10 lapangan yang memberi kontribusi besar dalam Wilayah Kerja (WK) Rokan, yaitu lapangan Duri, Minas, Bangko, Bekasap, Balam South, Kota Batak, Petani, Lematang, Petapahan, dan Pager.

Memang tak sejaya zaman masih dikuasai Caltex tahun 1970an yang bisa mencapai 1 Juta Barel per hari, namun WK Rokan merupakan salah satu wilayah kerja strategis. Sejak tahun 1951 hingga 2021, WK Rokan telah menghasilkan 11,69 miliar barel minyak dengan produksi rata-rata tahun 2021 sampai dengan Juli 2021 sebesar 160,5 ribu barel minyak per hari untuk minyak bumi atau sekitar 24% dari produksi nasional dan 41 MMSCFD untuk gas bumi.

Lapangan Duri masih jadi yang terbesar kontribusinya yaitu 35 persen.  Pertamina memang punya PR besar untuk bisa mengembalikan kejayaan Blok Rokan seperti dulu lagi, namun WK ini masih tetap jadi penopang terbesar lifting minyak nasional, masih nomor 2 setelah Blok Cepu.

Mungkin ada yang bertanya, minyak dan gas di Blok Rokan untuk siapa sih? Tentu saja saat ini untuk memenuhi pasokan dan kebutuhan dalam negeri.

BACA JUGA:Belanda Pilih Hengkang Urus Migas Blok Masela, Tenang RI Masih Punya Jepang dan Malaysia

BACA JUGA:Rintangan RI Menguasai Cekungan Harta Karun di Papua Masih Menghadang

Mengutip situs migas.esdm.go.id, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan sangat bersyukur proses alih kelola dapat berjalan dengan baik dan lancar. “Dalam rangka mendukung capaian 1 juta BOPD pada tahun 2030, maka sejak dua tahun lalu kami bekerja keras, mengusahakan agar alih kelola berjalan lancar dan tingkat produksi minyak pada akhir masa kontrak PT CPI dapat dipertahankan. Ini merupakan hal penting bagi bangsa dan negara mengingat WK Rokan saat ini masih mendukung 24% produksi nasional dan diharapkan tetap menjadi wilayah kerja andalan Indonesia,” kata Dwi Soetjipto.

Salah satu usaha SKK Migas untuk mengawal alih kelola WK Rokan adalah menginisiasi Head of Agreement (HoA) yang menjamin investasi PT CPI pada akhir masa kontrak. Hasilnya, sejak HoA ditandatangani pada 29 September 2020 hingga 8 Agustus 2021, telah dilakukan pemboran 103 sumur pengembangan.

Selain pemboran, SKK Migas juga mengawal 8 isu lain yang menjadi kunci sukses alih kelola, yaitu migrasi data dan operasional, pengadaan chemical EOR, manajemen kontrak-kontrak pendukung kegiatan operasi, pengadaan listrik, tenaga kerja, pengalihan teknologi informasi, perizinan dan prosedur operasi serta pengelolaan lingkungan.

BACA JUGA:Mandek 45 Tahun Padahal WK di Kepri ini Punya Cadangan Migas Super Jumbo

BACA JUGA:RI Obral Skema Bagi Hasil 50-50 ke Kontraktor WK Migas Resiko Tinggi Demi Dongkrak Investasi

“Kami berterima kasih atas dukungan berbagai pihak, termasuk kepada Pemda Riau, sehingga operasional WK Rokan pada masa transisi berjalan dengan baik," katanya.

Albert Simanjuntak selaku Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit & Presiden Direktur PT. Chevron Pacific Indonesia pada saat itu menyampaikan apresiasinya atas kerja sama yang baik sehingga proses transisi berjalan lancar.

“Kami mengucapkan terima kasih atas kolaborasi yang telah terjalin selama masa transisi bersama SKK Migas dan Pertamina, sehingga alih kelola berjalan dengan selamat, andal dan lancar. Semoga WK Rokan dapat terus memberikan kontribusi terbaiknya kepada bangsa dan negara,“ terangnya.

Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), menyampaikan pengelolaan WK Rokan oleh Pertamina menjelang hari Kemerdekaan Republik Indonesia Agustus 2021, merupakan kebanggaan bagi Pertamina dan bangsa Indonesia serta wujud dukungan dari segenap bangsa Indonesia sehingga alih kelola berjalan dengan baik. (dpc)

Kategori :