Menurut Mardi, terdapat peningkatan hasil produksi berkat kehadiran alat-alat tersebut. Sebelumnya, jika menggunakan cara tradisional, 1 kilogram biji kopi hanya dapat diolah menjadi 6 ons kopi bubuk. Sementara dengan menggunakan peralatan, jumlah biji yang sama dapat diolah menjadi 7,5 ons kopi bubuk atau 1,5 ons lebih banyak. “Tekstur dan rasanya juga jadi lebih baik. Selain itu, waktu dan tenaga yang dikeluarkan pun lebih efisien,” katanya.
Menurut Budi, berbagai pendampingan mulai dari teknik budi daya, pengolahan, manajemen kelompok, hingga pengemasan dan pemasaran, membuat produknya menjadi lebih baik dan semakin dikenal masyarakat luas. Ia pun bersyukur karena mampu mendapatkan penghasilan tambahan dari usaha kopi yang diberi nama ‘Lestari Liberica’ ini.
“Alhamdulillah dalam satu pekan minimal ada pesanan 2 kilogram kopi bubuk. Usaha sampingan ini sangat bermanfaat bagi kami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama ketika harga pinang dan kelapa sedang rendah,” ungkap Budi. Ia pun merasa bersyukur karena perusahaan telah membantu pelengkapan administrasi usaha seperti sertifikat halal dan Nomor Induk Berusaha (NIB) sehingga usahanya bisa kian profesional.
Head of Economic Empowerment, Sustainability, and Strategic Projects Sinar Mas Agribusiness and Food, Jusupta Tarigan, mengatakan bahwa petani kopi liberica di Indragiri Hilir memiliki potensi sekaligus tantangan dalam mengembangkan usaha. Mereka memerlukan akses dan dukungan dalam meningkatkan pengetahuan budi daya, manajemen bisnis, hingga akses permodalan.
“Untuk menjawab tantangan tersebut, di bawah payung program Community Economic Empowerment, kami memberikan pendampingan bagi Pak Budi dan kawan-kawan mulai dari budi daya yang lestari hingga pemasaran produk. Kami berharap melalui program ini terdapat peningkatan hasil produksi dan penjualan bagi masyarakat yang terlibat langsung. Semoga ke depannya lebih banyak lagi orang yang bisa terlibat dan merasakan hasilnya,” tandas Jusupta. (*)