Sinar Mas Agribusiness and Food Perkuat Kolaborasi dan Teknologi CegahKarhutla Dampak El Nino

Sinar Mas Agribusiness and Food Perkuat Kolaborasi dan Teknologi CegahKarhutla Dampak El Nino

Sinar Mas Agribusiness and Food Perkuat Kolaborasi dan Teknologi Cegah Dampak El Nino (2)--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.IDSinar Mas Agribusiness and Food memperkuat kolaborasi lintas sektor dan pengembangan teknologi untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dampak fenomena El Nino. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena El Nino tahun ini diperparah dengan adanya Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang membuat potensikekeringan menjadi lebih besar dibandingkan tiga tahun terakhir. Potensi kekeringan itu berimplikasi pada ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang juga menguat.

Upaya-upaya kolaborasi Sinar Mas Agribusiness and Food antara lain menggelar apel siaga gabungan, latihan penanggulangan karhutla bersama, serta sosialisasi berkala dengan melibatkan berbagai pihak seperti unsur pemerintahan, TNI-Polri, dan masyarakat umum. Kolaborasipun diperkuat dengan pengembangan teknologi berbasis satelit yang mampu memberikan informasi deteksi titik panas(hotspot) tiga kali lebih cepat. Serangkaian upaya ini dilakukan untuk mencegah dampak perubahan iklim berupa karhutla di wilayah-wilayah rawan.


Sinar Mas Agribusiness and Food Perkuat Kolaborasi dan Teknologi Cegah Dampak El Nino (3)--

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, fenomena El Nino dan IOD positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah. “Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali,” ujarnya dalam siaran pers yang dimuat dalam laman resmi BMKG, Senin (24/7).

Fenomena El Nino merupakan pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya. Sementarafenomena IOD terjadi karena perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah yaitu di Samudera Hindia bagian barat dan Samudera Hindia bagian timur. Indonesia menghadapi kedua fenomena tersebut sekaligus. Puncak kemarau kering diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September. 

Dalam menghadapi kondisi tersebut, Head of Fire and Peat Management Sinar Mas Agribusiness and Food, Anselmus A. Supriyanto, mengatakankolaborasi antarpihak harus diperkuat. Tahun ini, kegiatan pencegahan karhutla seperti apel siaga dan peningkatan kapasitas tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat (KTD) lebih ditingkatkan. HinggaAgustus2023, tercatat 17 kali apel siaga dan 10 kali pelatihan dasar karhutla telah diselenggarakan oleh Sinar Mas Agribusiness and Food.

“Fenomena iklim tahun ini cukup berat sehingga membuat sebagian wilayah Indonesia sangat rentan terjadi karhutla. Kami meningkatkanpelatihan petugas dan apel siaga untuk bersama-sama membentuk kewaspadaan.Apel siaga berlangsung di berbagai kabupaten di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat, serta didukung oleh pemerintah daerah setempat,” ujar Supriyanto. 

Sinar Mas Agribusiness and Food, lanjut Supriyanto,mengedepankan sinergi dengan para pemangku kepentingan di area operasional. Langkah sinergi ini misalnya tercermin melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Program yang berlangsung di Pulau Sumatera dan Kalimantan sejak 2016 ini membekali 105 desa rentan karhutla dengan pelatihan pencegahan kebakaran, infrastruktur dasar pemadaman kebakaran, serta sosialisasi dan implementasi proses peringatan dini untuk menghadapi risiko kebakaran. 

Menurut Supriyanto, kerja sama yang terjalin baik antara perusahaan dengan masyarakat dapat memperkuat komitmen bersama terhadap pencegahan karhutla. Sejak 1997, Sinar Mas Agribusiness and Food telah menerapkan kebijakan anti-bakar untuk pembukaan lahan yang diperkuat dengan komitmen anti-kegiatan di lahan gambut (No Peat) pada tahun 2010. Supriyanto menilai, berkat kolaborasi yang apik dengan pemangku kepentingan, manfaat baiknya pun dapat terasa hingga saat ini. 

“Pada 2022 lalu, sebanyak 99,96 persen kawasan kelolaperusahaan terbebas dari karhutla. Kita bersama-sama berupaya mempertahankan dan meningkatkan torehan tersebut. Sinergi yang baik melalui berbagai program harus kita jaga bersama, bukan hanya di area perusahaan, tetapi juga di seluruh wilayah rentan kebakaran. Karhutla hanya akan menimbulkan dampak buruk bagi sosial, lingkungan, dan ekonomi,” ungkapnya. 

Penerapan teknologi

Sinar Mas Agribusiness and Food memadukan upaya-upaya konvensional dan teknologi mutakhir dalam mencegah ancaman karhutla. Upaya ini didukung oleh sekitar 10.000 orang yang tergabung dalam tim KTD, yang terdiri dari karyawan perusahaan dan masyarakat siaga api (MSA) binaan perusahaan. Mereka memiliki tugas masing-masing: ada yang bertugas di lapangan untuk melakukan patroli dan penanggulangan karhutla secara langsung, ada pula yang memantau kondisi ancaman karhutla dari ruang kontrol. 

Memperkuat pengawasan karhutla salah satunya dilakukan melaluiaplikasi digital GeoSMART Fire-Hotspot Monitoring Site. Aplikasi ini mampu memberikan informasi deteksi titik panastiga kali lebih cepat dari proses semi-otomatis sebelumnya. GeoSMART dikembangkan sejak 2021, digunakan sejak awal 2022, dan terus diperbarui fiturnya hingga kini. Aplikasi ini memanfaatkan teknologi satelit NOAA, VIIRS, SUOMI, dan MODIS yang diaksesotomatis dari situs SiPongi-KLHK dan atau LAPAN.

Menurut Supriyanto, penggunaan sistem aplikasi GeoSMART telah dikembangkan secara otomatis untuk mendeteksi titik panas hingga radius dua kilometer di luar area konsesi perusahaan. Keunggulan GeoSMART bukan hanya terletak pada cakupan areanya yang luas, tetapi juga kecepatan aplikasi ini dalam menerima dan mengolah sinyal deteksi titik panas. Kecepatan penerimaan dan pengiriman informasi sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan karhutla. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: