“Sepuluh.” Jawab Raka,
“Are you lie?” Ragu Arsena.
“Maybe yes, maybe No.” Jawab Raka enteng, “Cantik itu relatif, kadang ada manusia yang cuma butuh poles tipis – tipis aja buat bidadari, ada yang setebal apapun itu muka di rias ya gitu gitu aja. Lagipula cantik menurut gue belum tentu cantik menurut Mas Anang. Jadi, ya kalo lo merasa cantik, cantik aja.” Lanjut Raka.
“Mas Anang?” Bingung Arsena, sebab pertama kali dengan namanya dari Raka, “Lo nggak tau?” Tanya Raka dengan gurat tak menyangka, Arsena menggeleng benar – benar tidak tahu.
“Kalo aku sih yes.” Jelas Raka yang dihadiahi jitakan manis oleh Arsena, “Ngomong dong Mas Anang selebritis. Lo pikir yang namanya Anang di Indonesia ini cuma dia?”
“Tapi dia yang punya pamor, wajar dong!” Bantah Raka.
“Ya Mas Anang yang punya pamor emang Cuma dia, banyak kale!”
“Siapa? Coba bilang?!” Perihal—Anang—kedunya jadi lupa tentang rasa yang digalaukan berjam – jam tadi.
“Noh, Anang Revandoko!” Jawab Arsena.
“Siapa, ngarang lo?!” Kesal Raka.
“Makanya baca tu berita, Bos Sarinah Thamrin, kurang pamor apa lagi Anang Revandoko!”
“Jelek lo kalo bercanada!” Balas Raka.
“Siapa yang bercanda Samsudin!!”
Raka dan Arsena sama – sama diam setelah berdebat perihal—Anang—yang entah mengapa jadi terasa begitu sengit dan serius. Padahal yang punya pamor juga Anangnya, mengapa kedunya yang terpecah belah.
“Apa lo liat – liat?” Galak Arsena, Raka yang diam – diam melirik mendengus, Arsena ini marahnya lucu buat ia candu memantik emosi sahabatnya itu, tapi takut kelepasan kalo yang ia lawan itu juga macan betina yang tengah tertidur, sekali Raka salah langka, nyawanya yang dipertaruhkan. Raka mendengus, kembali ingat perihal raut nelangsa Arsena.
“Lo galau gara – gara apa?” Tanya Raka, Arsena yang tadinya lupa kini kembali melayu sebab diingatkan, pasalnya ia jadi semakin ragu mau berbicara pada Raka. Temannya ini jika ditanya materi penyakit dibabat tuntas sampai Arsena kalah telak, tapi jika perihal hati dan rasa ini, apa benar bisa jadi teman bicara yang tepat. Sebab cerdas emosional itu tidak sama dengan cerdas akademisi.