Angannya tentang berleha – leha dirumahnya sambil membaca rentetan seri buku novel favoritnya harus sirna. Riana terus menghela nefas sejak ia menduduki kursi plastik yang ada di teras rumah manusia paling menyebalkan menurutnya.
“Apa kau tidak memiliki kegiatan lain selain mengehela nafas seakan kau ditimpa beban berat saat ini,” Tutur Orion kesal, gadis ini menguji kesabarannya dengan mendiamkannya seolah dirinya makhluk kasat mata, benar – benar menyebalkan.
Orion benar. Riana memang sedang ditimpa beban berat berhadapan dengan makhluk menyebalkan. Ingin rasanya Riana mencakar dan menguliti Orion saat ini melihat betapa tengiknya wajah bocah laki – laki ini melihatnya.
Ini semua karena Ariska, seandainya Ariska tidak memaksanya untuk mengantarkan manisan yang dibuatnya kepada tetangga sekitar maka saat ini dipastikan Riana tengah berada di surga dunianya. Ingin rasanya Riana, mengumpati Ariska, ibunya, namun sadar dirinya tidak ingin menjadi anak durhaka dan ingin menghindari neraka sebisanya, Riana mengurungkan Niatnya.
“Kau merasa terganggu?” Tanya Riana enggan, seolah mengucap satu kata saja untuk Orion akan membuat seluruh tenaganya terkuras habis.
Orion mendelik sebal dengan tingkah Riana, “Pergilah ke rumahmu, melihatmu disini terlalu lama membuat mataku sakit dan terasa memuakkan.” Cela Orion.
Tahan. Tahan. Tahan.
Riana menarik dan membuang nafasnya perlahan setelah mendengar celaan Orion guna mengendalikan emosinya. Makhlus satu ini benar – benar memancingnya untuk mengeluarkan taringnya.
Jika saja Riana bisa, sudah dari tadi rasanya ia ingin pergi, pantatnya pun terasa gatal untuk beranjak sedari tadi dari sini, sayangnya ia tidak bisa. Riana harus pasrah kala Ariska menitipkannya disini selama Ariska pergi ke pasar.
Manisan terkahir buatan Ariska harus Riana antarkan ke tetangga sialan sebelah rumahnya yang jaraknya hanya dipisahkan satu rumah kosong. Dan tentu saja tetangga sialan yang Riana maksud disini adalah Orion. Awalnya Riana tak menyangka jika ia dan Orion akan menjadi tetangga, hal itu terjadi ketika Orion yang membukan pintu menyambut Riana dan bungkusan manisan yang ia bawa.
Di saat yang bersamaan, Ariska datang mencari Riana, dan tanpa sengaja sebuah ekspedisi untuk pergi ke pasar bersama terjadi antara Ariska dan Giona, ibunya Orion, terjadi. Karena tidak tenang meninggalkan Riana sendirian di rumah, Ariska menitipkan Riana untuk tinggal bersama Orion, sementara Ariska dan Giona pergi ke pasar. Giona menyetujui usul Ariska, dan membuat Riana terjebak bersama bocah laki – laki tengil seperti Orion.
“Tidakkah kau bisa bersikap lebih lembut sebagi tuan rumah? Dimana tata keramahan di lingkungan ini?” sebal Riana, entah sejak kapan Riana mengubah gaya bicaranya seperti putri bangsawan yang merasa terhina jika berbicara dengan Orion, dirinya pun tak menyadari, berlalu begitu saja.
Orion hanya tersenyum culas, menyiratkan ‘tidak ada keramahan untuk gadis semenyebalkan dirimu.’
“dasar gila.” Umpat Riana melihat senyum sinis Orion.
“baiklah aku akan pergi, setidaknya jika ayahku pulang. Lagipula aku tidak punya kunci rumahku.” Pasrah Riana, Orion hanya mendengus sebagai respon.