MALANG, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Menkopolhukam Mahfud MD mengungkapkan, laporan yang ia terima panitia ternyata mencetak tiket melebihi kapasitas stadion Kanjuruhan Malang . Tiket dicetak 42 ribu sementara kapasitas stadion hanya 38 ribu.
Ia juga memastikan tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10) bukanlah keributan antar pendukung Arema FC dan pendukung Persebaya. Penonton Persebaya dikatakan Mahfud tidak boleh menonton di stadion Kanjuruhan saat pertandingan kemarin jadi stadion hanya diisi oleh pendukung Arema FC. “Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan ini bukan bentrok antar suporter,” tegas Mahfud. Laga Arema lawan Persebaya yang dilaksanakan di Stadion Kanjuruhan Malang, semula berjalan lancar. Tak ada yang mengira pertandingan ini akhirnya akan memakan lebih 182 korban termasuk personil polisi, versi Dinas Kesehatan setempat. Kejadian di stadion Kanjuruhan diduga juga karena panitia ngeyel tidak mendengarkan usulan pihak keamanan terkait teknis pertandingan sebelum event digelar. Beberapa usulan pihak keamanan yang tak diterima panitia diantaranya terkait waktu pelaksanaan laga. Kata Mahfud pihak keamanan minta pertandingan dilakukan sore hari demi keamanan namun panitia tetap pada pendirian dilaksanakan pada malam hari. Laga dimulai pukul 20:00 Sabtu (1/10) dan permainan keduanya berjalan sangat sengit. Namun sayang tuan rumah Arema tak bisa memberikan hasil terbaik dan kalah 2-3 lawan Persebaya. Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan, setelah pertandingan ternyata pendukung Arema ada yang merasa kecewa lalu turun ke lapangan mencari pemain dan official. Kondisi ini sempat dicegah oleh pihak keamanan dan mencoba mengalihkan penonton yang kecewa agar tak mempengaruhi penonton yang lain untuk rusuh dan turun ke lapangan. Namun kondisi semakin tak terkendali ketika ada penonton lain ikut marah dan kecewa lalu mulai melakukan lemparan-lemparan benda dari arah tribun ke lapangan. Polisi lalu melemparkan gas air mata untuk mengendalikan gejolak massa. Gas dilempar ke arah penonton. Menghindari gas air mata, gelombang massa untuk menyelamatkan diri semakin besar sehingga ada yang menginjak-nginjak penonton lain untuk menyelamatkan diri. Cuitan netizen menyebutkan saat kondisi gas air mata yang menyebar, banyak penonton yang mengalami sesak nafas dan bahkan banyak orangtua yang kehilangan anak mereka saat kejadian yang kacau itu. Kondisi dalam lapangan yang rusuh juga merembet hingga luar lapangan. Delapan kendaraan polisi ikut dibakar oleh massa. Kemudian pemain Persebaya sempat bersembunyi selama satu jam di mobil taktis polisi guna menghindari kemarahan pendukung Arema. Mahfud MD menjelaskan kenapa petugas menembakkan gas air mata dalam tragedi Stadion Kanjuruhan Sabtu (1/10), padahal telah dilarang dalam aturan FIFA. Kata Mahfud, penggunaan gas air mata karena sekitar 2000 penonton turun ke lapangan mengejar pemain. Kondisi yang tidak kondusif dan pihak keamanan yang kewalahan mengatasi kebrutalan penonton membuat petugas akhirnya harus menembakkan gas air mata. Kata Mahfud sekitar 2000 penonton turun ke lapangan tak hanya mengejar pemain Persebaya namun juga pemain FC Arema karena kesal mengapa kalah. Meski para pemain berhasil di evakuasi, jumlah penonton yang turun ke lapangan tak terbendung, itu membuat petugas akhirnya menyemprotkan gas air mata. Mahfud pun berjanji akan melakukan evaluasi dan mencari tahu apa yang terjadi di balik tragedi ini. (dpc)