Untuk Menelusuri Dugaan Kematian Akibat Diracun
PARIS - Jaksa di Prancis akan membuka kasus kematian Yasser Arafat di Paris pada 2004, untuk menentukan apakah kematian pemimpin Palestina itu memang akibat diracuni dengan zat radioaktif polonium-210. Langkah itu sebagai respon atas pengaduan janda mendiang Arafat, Suha, bulan lalu kepada jaksa di Prancis.
Selanjutnya, sebuah tim yang dipimpin seorang hakim investigasi di Prancis akan melakukan investigasi tentang kematian Arafat. Pemimpin PLO itu dibawa dari Tepi Barat ke rumah sakit militer di Prancis, menyusul semakin buruknya kondisi kesehatan pria yang meninggal di usia 75 tahun itu.
Dibertakan Guardian hari ini, sebelumnya para dokter di Prancis mengatakan bahwa Arafat meninggal akibat stroke dan menderita oleh kondisi darah yang lebih dikenal dengan diseminasi intravaskular atau DIC. Namun catatan tentang DIC itu bisa terpicu oleh banyak sebab, termasuk infeksi dan penyakit hati.
Dugaan bahwa Arafat diracun mengemuka setelah stasiun televisi Al Jazeera melakukan investigasi selama sembilan bulan. Al Jazeera diberi izin oleh Suha, untuk mengakses langsung tas ransel pribadi arafat.
Selanjutnya lembaga penelitian radioaktif di Swiss mengungkapkan adanya jejak polonioum-210 yang meningkat dalam tas Arafat. Zat radioaktif langka itu pula yang digunakan untuk membunuh pembelot Rusia, Alexander Litvinenko.
Namun pihak institute penelitian di Swis itu juga menegaskan bahwa temuan tentang polonium-201 itu harus dikonfirmasi dengan tes terhadap tulang Arafat untuk mendapat hasil yang pasti. Para ilmuwan mengingatkan, polonium cepat luruh sehingga otopsi harus secepatnya dilakukan.
Karenanya Otoritas Palsetina pada bulan lalu telah memberi lampu hijau untuk menggali kuburan Arafat di Ramallah. Arafat dimakamkan di sebuah makam di kompleks pemerintah berdinding tempatnya menghabiskan tiga tahun terakhir hidupnya di bawah pengepungan Israel. Hanya saja belum ada tanggal pasti tentang penggalian kubur Arafat itu.
Abdallah Basher, Ketua Komite Investigasi Medik di Palestina yang menelisik kematian Arafat menyatakan, langkah-langkah untuk mengungkap kebenaran di balik kematian bekas pemimpinnya itu merupakan hal yang baik. Menurutnya, para ahli dari Swis akan didatangkan ke Tepi Barat dalam beberapa pekan ini untuk mengambil sampel tulamg Arafat.
Meski demikian Israel tak merisaukan upaya untuk mengungkap sebab kematian Arafat. Terlebih lagi Suha Arafat tak menyebut pihak yang harusnya bertanggung jawab atas kematian suaminya.
\"Ini tidak menjadi perhatian kami karena pengaduannya tidak diajukan terhadap Israel,\" kata juru bicara Kementrian Luar Negeri Israel, Yigal Palmor. \"Kalaupun ada investigasi, kami berharap bahwa itu akan memperjelas masalah,\" ucapnya seperti dikutip Associated Press.
(ara/jpnn)