Kepastian Peradaban Belum Diketahui

Kamis 29-08-2013,00:00 WIB

Pada gundukan tanah pertama (di depan) kotak gali terletak disisi barat laut dan selatan, sedangkan pada gundukan tanah kedua (di belakang) terletak di sisi timur laut dan tenggara.  Bangunan candi pertama ini memiliki dua bahan bata yakni bata berwarna merah dan  bata berwarna putih. 

Bata warna merah digunakan sebagai selasar bangunan, sedangkan bata warna putih diduga sebagai bangunan utamanya. Berdasarkan dua potong bata warna putih yang ditemukan berelief, diduga pada banguan utama ini terdapat hiasan.

Bangunan candi pada gundukan kedua belum dapat diperkirakan ukurannya, karena struktur yang ditemukan belum menunjukkan besaran bangunan.Namun demikian, pada kotak gali sisi Selatan diduga menyerupai celah pinta masuk bangunan atau gerbang dari suatu pagar. Bahan bata yang digunakan berupa bata yang lebih merah dan lebih halus dibandingkan dengan bata merah pada bangunan pertama.

Salah satu potongan bata yang ditemukan di sini terdapat sisi melengkung, sehingga diperkirakan merupakan bagian dari susunan stupa atau hiasan profil membulat. Jika benar bata tersebut bagian dari susunan stupa, maka dapat diduga bahwa bangunan pada gundukan kedua ini memiliki latar belakang agama Buddha.

Adapun mengenai kronologi percandian ini belum dapat ditentukan secara pasti.Namun, mengingat latar keagamaannya yang bersifat buddhis, maka mengacu pada kerangka sejarah kebudayaan di wilayah Jambi secara keseluruahn diperkirakan berasal pada periode abad 7—12 Masehi. 

Junaidi T Noor, Sejarawan Jambi menyebutkan dalam kesempatan yang sama, sebenarnya di Jambi, ada hingga 200 situs candi. Sehingga, bisa dikatakan Jambi juga merupakan tempat peradaban kerajaan besar di masanya. “Kalau ini tergali semua, bisa jadi Jambi juga bisa dikatakan negeri Seribu Candi. Selain dari Jambi juga punya masjid seribu tiang dan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah,” katanya.

          “Di sepanjang aliran sungai Batanghari, memang banyak bangunan-bangunan candi yang pada masanya ada disana. Makanya, kalau bisa kita harus mendorong ini agar sejarah Jambi nantinya bisa diketahui, bukan hanya lewat buku-buku sejarah yang ada,” tandasnya.

(wsn)

 

Tags :
Kategori :

Terkait