Penelitian BandrOS dimulai pada 2010. Proyek tersebut merupakan tindak lanjut prestasi LIPI menciptakan open source IGOS Nusantara pada 2006. Sayangnya, meskipun bebas di-donwload dan
dipasang di komputer desktop maupun laptop, IGOS Nusantara tidak bisa mengalahkan dominasi
peranti lunak Windows. Kepala Bidang Komputer Puslit Informatika LIPI Agus Subekti
menuturkan, BandrOS ini diciptakan awal mulanya bukan
murni untuk dibenamkan di smartphone. ”Tujuan kami dari pengembangan BandrOS adalah
untuk kebutuhan komputasi khusus,” ungkap dia di Jakarta beberapa waktu lalu.
Agus menceritakan, sistem operasi BandrOS ini awalnya diterapkan pada komputer khusus (special purpose computer) yang berwujud single board computer (SBC). Perangkat komputer khusus
ini di antaranya sudah sukses dipakai untuk proyek stasiun
cuaca nirkabel. Pada prinsipnya, sistem operasi BandrOS ini dikembangkan dengan menggunakan
open source software Linux. ”Setelah sukses membuat BandrOS yang ditanam di komputer khusus untuk cuaca tadi, baru tebersit gagasan untuk dipakai di peranti smartphone,” paparnya.
Diskusi awal menggodok ide ini melibatkan berbagai pihak. Antara lain dari PT INTI selaku produsen pesawat telepon dan telepon genggam lokal. Selain itu, ada perwakilan dari Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Hasil diskusi tadi menargetkan bisa membuat prototipe smartphone yang sudah dibenamkan BandrOS di dalamnya tahun ini. Target tadi akhirnya bisa dipenuhi Agustus lalu. Prototipe smartphone
BandrOS diperkenalkan ke publik bersama dengan pengenalan minibus bermotor listrik
dengan nama Hevina. Penamaan BandrOS diberikan bukan asal-asalan. Di tempat kelahirannya,
Bandung, istilah bandros itu adalah nama salah satu makanan khas setempat. Kue bandros berasa gurih dan bentuknya seperti kue pukis. Kue ini memiliki nama lain kue pancong.