15 Jam di Pesawat, Mampir 1 Jam di Abudhabi

Selasa 12-11-2013,00:00 WIB

Catatan Perjalanan Guru Favorit Jambi Ekspres ke Eropa (1)

Bagi semua Guru Favorit Jambi Ekspres (JE) 2013, melakukan perjalanan ke Eropa adalah mimpi yang tengah menjadi kenyataan. Ini merupakan buah perjuangan yang panjang, melelahkan dan menguras pikiran, mengingat kompetisi Guru Favorit telah dilakukan dengan persaingan yang sangat sengit. Kini, hadiah spesial itu pun tengah dinikmati, perjalanan pun dimulai.  Berikut catatatan perjalanan Guru Favorit JE ke Eropa. 

DONA PISCESIKA - Abudhabi

Langit sore Kota Jambi sabtu (9/11) begitu cerah, secerah semua perasaan pemenang Guru Favorit Jambi Ekspres 2013. Bak sosok spesial, di ruang tunggu VIP Bandara Sulthan Thaha Jambi, semua perkumpul bersiap berangkat guna melakukan perjalanan yang padat kegiatan dan penuh misi.  Ya, ini adalah perjalanan yang bermakna besar bagi kami semua, bukan perjalanan biasa, bukan ajang jalan-jalan dan bukan pula ajang menghambur-hamburkan anggaran.
Ada banyak alasan mengapa perjalanan ke Eropa kali ini penuh dengan misi. Pertama, ini adalah perjalanan yang memiliki tujuan untuk melakukan kunjungan dan pertemuan resmi dengan beberapa pihak, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan yaitu Atase Pendidikan KBRI Den Haag dan Atase Pendidikan KBRI di Perancis. Kedua, ini adalah perjalanan yang padat  aktivitas di instansi sekolah. Menurut jadwal, rombongan akan melakukan berbagai aktivitas di sekolah Belanda setara SD, SMP, SMA serta di sekolah Indonesia di Belanda. Itu sebabnya, waktu kami nantinya akan lebih banyak dilakukan di Belanda dan Perancis, kemudian jika ada waktu lebih, baru akan dilanjutlan ke negara terdekat lainnya seperti Belgia, Jerman dan negara terkecil Eropa yaitu Luxembourg.
\"Makanya, kami semua siapkan banyak multivitamin untuk perjalanan ini, biar tidak drop\" begitu celetuk Guru Favorit asal Tebo, Wasit Wicasono di Ruang VIP Bandara. Pelepasan di bandara memang tak dilakukan begitu formal, bahkan hampir semua Guru Favorit juga membawa serta pendamping, keluarga dan anak-anaknya.
Mulai dari Bandara Jambi, kami juga banyak diingatkan tentang bagaimana menyikapi keseharian selama di Eropa. Kesimpulannya adalah, disiplin, disiplin dan disiplin, menuju sekolah harus ontime, mandi harus ligat, makan tidak boleh lelet, semua harus sesuai jadwal!. Sebagai ketua rombongan, saya juga sangat mewanti-wanti kepada semua, jangan sampai terjadi hal-hal yang tak diinginkan hanya karena tidak disiplin waktu selama di Eropa. 
Menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Perjalanan kami pun dimulai pukul 17:30 WIB bertolak dari Jambi. Ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang. Keberangkatan kami menuju Amsterdam, akan dilakukan kurang lebih 15 jam! Ini hanyalah waktu yang kami habiskan di atas udara, saya belum menghitung berapa waktu yang harus kami lakukan saat check in, boarding pass dan lainnya.
Dari Jakarta, kami mulai melakukan penerbangan sekitar pukul 21:30 WIB. Menuju Abudhabi, pramugari mengingatkan waktu tempuh kami akan dilakukan sekitar 7 jam 45 menit atau sekitar 8 jam. Saat menerima pesan ini, antar Guru Favorit hanya bisa saling pandang lalu memperhatikan posisi tempat duduknya. Meyakinkan bahwa itu adalah posisi ternyaman.
Soal waktu tempuh. Tadi saya juga belum menghitung, waktu satu jam yang kami habiskan di Abudhabi, saat menulis ini, semua kami tengah berada di Abudhabi International Airport.
Alhamdulilah, selama perjalan menuju Abudhabi berlangsung sangat lancar dan nyaman. Kami disuguhkan oleh fasilitas pesawat Garuda yang sangat modern. Pesawat Airbus yang kami tumpangi, menyiapkan awak yang profesional, bahkan saat pendarat pun kami tak merasakan hentakan ban pesawat, sangat smooth, \"udah mendarat ya? Kok ga terasa?,” begitu ujar Roza Hasri, Guru Favorit asal Kota Sungai Penuh.  Dan Tak kalah penting adalah, kami juga menemukan menu-menu yang bisa diterima lidah orang Indonesia selama perjalanan.
Di sini, maskapai Garuda menurunkan penumpang tujuan Abudhabi dan penumpang tujuan negara lain yang harus transit melalui bandara Abudhabi. Meski tak bisa turun pesawat karena waktu yang singkat, penumpang tujuan Amsterdam masih bisa disuguhkan oleh pemandangan desain struktur bangunan bandara yang khas dari balik jendela pesawat. Bulat-bulat seperti jamur putih, bangunan bandara juga sekilas terlihat seperti kubah mesjid. Konon ini termasuk bandara tersibuk di dunia karena banyak pesawat internasional melakukan aktivitas penerbangan di sini.
Mendarat di Abudhabi, semua penumpang tujuan Amsterdam menyempatkan diri meluruskan pinggang, semua lebih memilih berdiri atau berjalan di lorong kabin untuk melemaskan otot kaki. Maklum, posisi tubuh duduk dalam waktu yang lama, cukup membuat tegang otot. Berbeda bagi yang duduk di kelas Eksekutif, bisa tidur selonjoran kaki seperti tidur di kamar sendiri, beruntung, salah satu rombongan kami, berkesempatan menikmati Kelas Bisnis. \"Ya, nyaman banget, makanannya juga enak-enak, ga terasa kalo lagi dalam pesawat, seperti rumah sendiri,\" begitu Setya Novanto, Pimpinan Perusahaan Jambi Ekspres, mengatakan tentang fasilitas yang sedang ia nikmati. Hanya saja, secara prinsip kelas ekonomi untuk penerbangan Internasional Garuda, juga telah memberi kenyamanan bagi penumpangnya.
Di Abudhabi pula, pesawat dibersihkan oleh krew khusus dengan paras wajah Arabian. Awak kabin  mengatakan, pesawat juga melakukan pengisian bahan bakar dan melakukan pergantian awak pesawat di sini. Sekarang dengan pramugari berbeda, pilot berbeda, kami bersiap melakukan perjalan ke Bandara Internasional Schipol di Amsterdam. \"Perjalanan ini akan kita tempuh dalam waktu 5 jam 50 menit, dengan jarak tempuh sekitar 5124 kilometer,\" begitu Pramugari memberi aba-aba. Kami pun mulai mematikan handphone dan alat elektronik. Mengambil posisi ternyaman, dan berharap dalam sekejap sampai di Amsterdam dengan langit nan terang. (***)

Tags :
Kategori :

Terkait