Pernah Dikira Dukun, Sudah Pakai Cincin Sejak SD

Kamis 11-09-2014,00:00 WIB

Saat ini ia cukup banyak mengoleksi jenis batu, sekarang ini yang ia tonjolkan itu badar besi, ini langka didapat orang dan rata-rata orang dapat yang warna hitam. “Kalau saya punya warna hijau, merah, ada yang panca warna dan pancar. Itu masih bahan belum berupa barang jadi,” sebutnya.

Ketika ditanya soal harga dan berapa kocek yang harus dirogohnya untuk mendapatkan batu-batu yang ia inginkan, Sephelio tidak bisa menilainya. Menurutnya, harga itu relatif karena barang ini punya nilai bagi orang yang hobi dan mengerti batu.

“Kalau bagi orang yang tidak mengerti. Contohnya kecubung Jambi punya saya ini Rp 10 Juta saya tidak mau jual, ini saya dapat di Sarolangun. Mencari batu ini belum tentu bisa ketemu lagi, sudah empat tahun belum dapat saya bahan seperti ini,” tukasnya.

Untuk mendapatkan batu, ia lebih suka mencari bahan sendiri. Ia turun ke lokasi, sengaja menghabiskan waktu akhir pekan kalau ada waktu luang bersama istri untuk berburu batu. “Istri juga pakai hiasan batu, kebetulan hobi batu setelah nikah dengan saya,” tuturnya.

Baginya, dengan mencari langsung ada kepuasan tersendiri. Apalagi semenjak dirinya tertipu, ia pernah beli zambrut ternyata bukan asli, padalah ia beli waktu itu bersama cincinnya Rp 21 juta dan waktu dijual itu hanya cincinya dihargai Rp 8 Juta. “Batu saya tidak dihargai, karena palsu,” sebutnya.

Semenjak itu ia mencari batu yang asli dan mencoba mencari bahan sendiri kemudian diolah menjadi barang jadi. Ketika jalan keluar daerah, melihat ada tumpukan batu atau sungai yang dangkal serta berbatu ia menyempatkan dirinya untuk singgah  Ia mendapatkan ilmu mengenai batu ini secara otodidak.

“Misalnya, batu masih bahan kalau orang melihat di jalan tidak mau diambil, tapi setelah saya olah kalau tarok di jalan pasti hilang. Jadi saya sekarang tidak mau beli lagi. Saya melihat kualitas batu itu secara alami, melihat tingkat kritalisasinya, melihat motif secara manual, diadu sesama batu dan dengan pencahayaan. Ada batu yang tipenya sudah bagus dan tembus cahaya, ada juga tidak tembus cahaya tetapi bagus. Batu itu secara alami bisa kita temukan, dari motifnya ada gambar burung, serigala, tulisan Allah, Muhammad dan lain sebagainya,” jelasnya.

Lantas bagaimana ketika bertugas menangani pasien, diakuinya ketika menjalankan tugas sebagai dokter ia melepas semua koleksinya dari tangannya. Usai kerja, ia pakai lagi. “Waktu kerja itu saya buka. Tetapi di luar saya pakai, di luar jam kerja saya pernah dikira dokter aneh, ada juga yang bilang ini dokter atau dukun. Karena melihat koleksi batu saya,” tandasnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait