Tidak Peduli meski Ditentang God Father Psikiatri

Sabtu 13-09-2014,00:00 WIB

 Karena itu, Suryani kerap mengedukasi keluarga pasien seputar penanganan pasien gangguan jiwa. Dia menyatakan bahwa gangguan jiwa bisa disembuhkan. Namun, seperti penyakit flu, peluang untuk kambuh pun ada. Karena itu, penanganan bagi pasien gangguan jiwa harus terus berkelanjutan.

 \"Jadi, pasien dan keluarganya juga dididik untuk memahami tanda-tanda dini bila kambuh. Pokoknya, kalau pasien mulai susah tidur, terus sering mimpi buruk, itu harus segera dibawa ke klinik saya. Sebab, kalau terlambat, bisa kambuh lagi.\"

 Suryani mencontohkan beberapa kasus pasien gangguan jiwa yang mengharuskan dirinya mengulangi dari awal tahap-tahap penyembuhannya. Salah satunya kasus pasien Komang. Dia dipasung hanya karena dianggap mengganggu rumah tangga orang lain. Berkat bantuan Suryani, Komang berhasil sembuh. Tidak sekadar sembuh, dia juga mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sayangnya, saat kambuh, Komang tidak segera mendapat penanganan yang tepat.

 \"Akhirnya, dia dipasung lagi oleh keluarganya dan saya harus mulai dari nol lagi untuk menyembuhkannya,\" ujarnya.

 Suryani mendirikan SIMH pada 2005. Saat itu, dia menghadapi kontroversi terkait dengan metode penyembuhan pasien gangguan jiwa yang diciptakannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk berhenti mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

 Melalui yayasan SIMH, Suryani membuktikan dirinya masih eksis di dunia psikiatri Indonesia. Pada 2007, dia memfokuskan diri pada kasus-kasus bunuh diri di Bali. Lantas, melalui survei oleh yayasannya, ditemukan banyak pasien gangguan jiwa berat yang mengalami pemasungan. Akhirnya, Suryani mulai menangani kasus-kasus pasien gangguan jiwa berat.

 Namun, karena pemotongan dana dari gubernur Bali yang cukup signifikan, rumitnya birokrasi pemerintahan di daerahnya, serta bantuan dana dari pemerintah yang tidak kunjung turun, Suryani sempat putus asa. Akhir Agustus 2013, dia memutuskan untuk menghentikan layanan pengobatan sukarelanya. \"Saya sudah berumur. Saya juga harus memikirkan dan menjaga kesehatan saya sendiri,\" katanya.

 Setelah memutuskan berhenti, ternyata laporan datang dari sejumlah relawan yayasannya. Mereka melaporkan banyaknya pasien Suryani yang kambuh. Tidak sedikit pula yang harus kembali dipasung. Apalagi salah satu pasien itu akhirnya bunuh diri karena putus asa dengan gangguan jiwa yang kerap kambuh.

 \"Mendengar laporan itu, saya sedih, terpukul, dan menangis. Akhirnya, saya putuskan semua pasien yang pernah saya tangani akan tetap saya tangani ketika mereka kambuh. Saya akan tetap berupaya menyembuhkan pasien-pasien yang datang kepada saya. Saya percaya Tuhan dan leluhur Bali pasti membantu mereka yang ikhlas membantu orang-orang yang memerlukan bantuan,\" tandasnya.

(*/c5/ari)

Tags :
Kategori :

Terkait