Tidak Peduli meski Ditentang God Father Psikiatri

Sabtu 13-09-2014,00:00 WIB

Prof Luh Ketut Suryani Berjuang Bebaskan Orang-Orang Terpasung di Bali

 Prihatin atas banyaknya orang tidak waras di Bali, Prof Luh Ketut Suryani SpKJ turun lapangan. Melalui Suryani Institute for Mental Health, dia merawat ratusan pasien gangguan jiwa, termasuk membebaskan mereka yang dipasung keluarganya.

 

 SEKARING RATRI, Denpasar

 

 Sebenarnya Prof Luh Ketut Suryani sudah lama berkiprah dalam upaya mengentas para penderita gangguan jiwa di Bali. Memang, saat itu aksinya belum membuahkan hasil nyata. Nah, titik balik dialaminya ketika pada 2009 Gubernur Bali I Made Pangku Mastika memberikan bantuan dana kepada yayasan yang didirikannya, Suryani Institute for Mental Health (SIMH). Nilainya cukup besar, Rp 1 miliar.

 Suryani \"panggilan ahli jiwa tersebut\" pun sangat senang. Sejak itu, dia langsung bisa bergerak cepat. Bersama para relawan SIMH, dia blusukan ke kampung-kampung di empat kecamatan di Kabupaten Karangasem. Hasilnya, selama setahun, mereka berhasil menangani 326 pasien gangguan jiwa dari kalangan kurang mampu. Mulai yang ringan hingga yang sudah parah dan terpaksa dipasung keluarganya.

 \"Dengan bangga waktu itu kami tunjukkan ke Pak Gubernur bahwa kami berhasil menangani 326 penderita gangguan jiwa,\" kata Suryani saat ditemui di kantor SIMH, kawasan Gandapura, Denpasar, pekan lalu.

 Dari 326 pasien tersebut, 31 persen (101 orang) bisa sembuh tanpa harus mengonsumsi obat lagi. Kemudian, 66 persen (215 pasien) sembuh, tapi masih harus mengonsumsi obat secara rutin. Sisanya, 3 persen (10 pasien), tidak menunjukkan perubahan berarti.

 \"Jumlah itu lebih banyak daripada target yang kami ajukan dalam proposal, yakni 200 pasien,\" tambah Suryani.

 Sang gubernur pun mengaku bangga atas hasil yang diperoleh SIMH. Namun, tidak lama kemudian, komentar-komentar miring terkait dengan Suryani Institute terus berdatangan. Sejumlah pihak mengkritik keputusan gubernur mendanai lembaga tersebut. Mereka menilai SIMH tidak layak menerima dana sebesar itu. Mereka juga mencemooh cara pengobatan Suryani yang menerapkan gabungan pengobatan medis dan meditasi.

 \"Mereka bilang, masak Suryani yang hanya ngajar nyanyi-nyanyi dan meditasi bisa dapat dana sebesar itu. Mereka juga keberatan karena lembaga ini hanya LSM,\" ungkap guru besar 70 tahun itu.

 Berbagai kritik tersebut membuat sang gubernur gerah. Di tengah seruan-seruan negatif yang kian kencang, gubernur akhirnya mengambil keputusan. Dia memangkas dana bagi Suryani Institute hingga 90 persen. Keputusan tersebut tentu sangat mengagetkan Suryani.

 \"Januari 2010 saya dapat berita bahwa dana dari gubernur dipotong sampai 90 persen. Saya kaget sekaligus sedih. Bayangkan, saya baru memulai upaya membebaskan para penderita gangguan jiwa, tiba-tiba dananya dipotong habis. Saya langsung menghubungi para relawan. Saya tanya apakah mereka masih mau membantu meski gajinya tidak banyak. Ternyata, mereka tetap mau membantu,\" urainya.

 Dengan kondisi dana yang minim, Suryani meneruskan perjuangan untuk mengakhiri praktik pemasungan di Bali. Dia percaya, Tuhan akan membantu perjuangannya. Karena itu, untuk mendanai pengobatan para pasien, dia tidak segan mengandalkan pemasukan pribadinya dari praktik psikiater.

Tags :
Kategori :

Terkait