Dermaga Perahu untuk Penguasa, Selalu Berada di Dekat Istana
PROVINSI Jambi memiliki banyak tempat wisata memikat. Salah satunya kawasan Tanggo Rajo alias Ancol yang kini sudah menjadi tempat wisata kuliner bagi warga Metropolis. Seperti apa sejarah Tanggo Rajo?
DEDI AGUSPRIADI
KAWASAN Tanggo Rajo memang cukup strategis dan gampang dicari. Berada persis di depan rumah dinas gubernur Jambi di bilangan pasar Jambi, kawasan ini sudah menjadi kawasan wisata kuliner untuk warga Kota Jambi.
Tidak hanya pada akhir pekan saja, pada malam-malam biasa pun tempat ini selalu dikunjungi warga karena menawarkan berbagai varian makanan, dengan menu utama jagung bakar.
Posisi Tanggo Rajo sebenarnya cukup nyaman untuk sekedar melepas lelah. Pasalnya, pengunjung bisa langsung menikmati riak-riak Sungai Batanghari pada malam hari, karena posisinya yang berada persis di bantaran Sungai Batanghari.
Namun, siapa sangka, ternyata kawasan Tanggo Rajo dulung dijadikan sebagai tempat turun naiknya sang penguasa tertinggi pada zaman kerajaan, kesultanan, penjajah Belanda, dan terakhir adalah penguasa daerah sebagai kepala daerah yang disebut dengan Gunernur.
Dari dulu, letak Tanggo Rajo tetap didekat kawasan Istana, dan kebetulan Tanggo Rajo terletak di depan Rumah Dinas Gubernur Provinsi Jambi.
Tanggo Rajo itu sudah ada pada zaman kerajaan Hindu, yag dulunya terletak di ujung Jabung, pada saat Kerajaan Melayu Islam terletak di kawasan Damasraya, hingga Kerajaan Kesulthanan Melayu Jambi terletak di kawasan Tanah Pilih, jadi intinya Tanggo Rajo itu terletak dimana penguasa tersebut berada.
Sejarawan Jambi, Junaidi T Noor mengatakan, bahwa Tanggo Rajo dahulunya merupakan sebuah bangunan kecil yang dibuat untuk turun naiknya seorang raja atau penguasa. Pada zaman kerajaan melayu Hindu sampailah dengan kerajaan melayu islam, yang namanya Tanggo Rajo pasti selalu ada. Karena Tanggo Rajo selalu terletak dikawasan Istana kerajaan, pada zaman terdahulu, alat transportasi yang digunakan oleh mayarakat adalah transportasi laut yaitu perahu yang disebut dengan nama jong, dan perahu yang digunakan oleh raja dikenal dengan sebutan Jong Kencana atau Perahu Kajang Lako.
Setelah itu kawasan kerajaan Melayu Jambi pada saat itu, ialah kawasan Tanggo Rajo saat ini, dan kerajaan melayu terdahulu dikenal dengan nama kawasan Tanah Pilih, yang tepatnya terletak di kawasan Mesjid Agung Al-Falah Jambi saat ini.
Junaidi T Noor Juga menjelaskan bahwa, Kawasan Tanggo Rajo yang saat ini dikenal Ancol itu merupakan kawasan tempat sang penguasa untuk turun naik keperahunya, dan pada saat zaman penjajahan Belanda, pada zaman itu penguasa itu dikenal dengan residen membuat sebuah bangunan, yang digunakan sebagai tempat tinggal sang penguasa, pada saat itu dikenal dengan sebutan demak, dan Tanggo Rajo itupun masih dikatakan sebagai Tanggo Rajo. Bangunan yang digunakan sebagai tempat itulah yang menjadi Rumah Dinas Gubernur Provinsi Jambi saat ini.
Kawasan Tanggo Rajo terletak di tepi sungai Batang Hari, tepatnya di depan Rumah Dinas Gubernur Provinsi Jambi, yang setiap sorenya selalu dipadati dengan pengunjung, selain itu aktifitas lalu lintas pun sering terhenti dikawasan Tanggo Rajo. Tahun ke tahun kawasan ini selalu dilakukan pembenahan oleh pemerintah Provinsi Jambi dan bekerja sama dengan pemerintah Kota Jambi. Dengan demikian pemerintah telah melakukan hal sesuai dengan kemampuanya, salah satu contoh pemerintah telah membuat merek atau gapura Taman Tanggo Rajo dan bukan Ancol.
Masyarakat Jambi banyak yang menyesalkan Tanggo Rajo disebut dengan Ancol Jambi, Sejarahwan dan Budayawan Jambi Junaidi T Noor sangat menyayangkan dengan sebutan Ancol Jambi.