Penghematan langsung terlihat karena dalam APBN 2015, pemerintah mengalokasikan anggaran belanja subsidi BBM atas premium, minyak tanah dan solar senilai total Rp 276 triliun. Berdasarkan kuota pemakaian, volume premium dibatasi maksimal 29,5 juta kilo liter (kl), minyak tanah 800 ribu kl, dan solar 15,7 juta kl.
Namun, secara pribadi, Andy mengatakan ada baiknya solar saja yang disubsidi. \"Lebih bagus premium dan pertamax tidak disubsidi. Menurut saya, solar saja yang disubsidi karena terkait dengan transportasi umum,\" katanya.
Direktur Marketing & Retail Pertamina Ahmad Bambang kepada koran ini mengatakan pihaknya tidak ikut-ikut soal menentukan besaran subsidi. Sebagai penyalur BBM, Pertamina menyerahkan keputusan itu kepada pemerintah. \"Itu wewenang pemerintah. Sampai saat ini masih dikaji (besarannya),\" katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, berapapun besarannya nanti, Pertamina pasti siap menjalankan. Dia yakin kalau pemerintah mempertimbangkan daya beli masyarakat. Bambang menyebut sisi positif subsidi tetap bisa membuat jumlah subsidi tiap tahun lebih bisa diperkirakan sehingga APBN dapat di-manage lebih baik.
(owi/dim)