‘’Sedang dikaji terus, cuma saya tidak berwenang sampaikan. Nanti pimpinan yang sampaikan,’’ tegasnya. Sebelum ini, dia sempat menyebut kalau harga keekonomian premium bukan seperti yang dijual saat ini. Menurut Wirat, selama tiga bulan ke depan harga ideal premium ada dikisaran Rp 7.900 per liter.
Sementara, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, harga keekonomian Premium saat ini ada dikisaran Rp 7.750 per liter. Angka itu muncul dari break even point atau titik impas premium Rp 7.450 tiap liternya. Saat dijual ke luar Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), muncul defisit karena dilepas Rp 7.300 per liter.
Sedangkan di Jamali, direksi yang akrab disapa Abe itu menyebut ada sedikit profit untuk perseroan. Biasanya, 5 persen atau sekitar Rp 300. Jadi, idealnya premium Jamali dihargai Rp 7.750 per liter. ‘’’Tapi, saat ini diminta beda Rp 100 saja,’’ terangnya pada Jawa Pos.
Selain itu, dia kembali menyinggung soal pentingnya mengurangi pajak pertambahan nilai (PPN). Sesuai UU PPN 42/2009, pengurangan bisa mencapai 5 atau 15 persen. Bahkan, peluang untuk dicabutnya PPN juga terbuka lebar. ‘’Ada dua cara, pertama ditanggung penuh oleh pemerintah,’’ sebutnya.
Mantan CEO PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) yang bergerak sebagai shipping company itu pernah dilakukan pemerintah pada 2009. Cara kedua, PPN dianggap sebagai terutang tidak dipungut seperti avtur internasional dan Marine Fuel Oil (MFO) internasional. ‘’Kalau mau nendang, ya PPN-nya kurangi,’’ tuturnya.
Berbeda dengan dua institusi itu, Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) juga punya hitungan sendiri. Menurut Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, bensin dengan nilai oktan 88 itu harusnya dijual dikisaran Rp 5.044 sampai Rp 6.700 per liter. Perbendaan muncul tergantung cara menghitungnya.
Di mulai dengan harga terkecil, KPBB membagi biaya produksi BBM menjadi lima bagian. Yakni, pembelian minyak mentah sebesar 83,4 persen, lantas ongkos pengolahan 6 persen, angkutan laut 5,8 persen, biaya distribusi 3 persen, dan biaya lain-lai sampai 1,8 persen.
Kemudian, dikalikan dengan nilai tukar rupiah saat ini yang menyentuh Rp 14 ribu. Berdasar hitungannya, muncul harga premium Rp 5.044 per liter. Dia menegaskan, harga itu berlaku kalau seluruh pengolahan premium dilakukan dalam negeri. Sedangkan harga minyak dunia USD 59 per barel.
‘’Cara lain, menggunakan metode border price yang hasilnya Rp 6.731 per liter,’’ jelasnya. Harga itu muncul dengan mempertimbankan indeks pasar, kondisi kurs Rupiah?, dan kualitas premium yang dijual. Atas dasar hitungan itu, dia menyebut aneh kalau Pertamina sampai defisit Rp 15 triliun. Padahal, mengambil untung sampai Rp 700 per liter.
Terkait paket kebijakan jilid 3 secara umum, Menkeu Bambang Brodjonegoro mengatakan jika paket ini ditargetkan untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
Untuk dalam waktu dekat, pemerintah fokus untuk meningkatkan daya beli masyarakat, salah satu melalui transfer daerah. ‘’Yang paling mudah dengan cash transfer. Kita gunakan instrument dana desa, supaya cepat dampaknya, dimana kita pakai model cash forward. Kita akan lihat dana ini sangat terserap pada pemilu serentak nanti,’’ papar Bambang di Hotel Shangri-La, kemarin (5/10).
selain itu, lanjut Bambang, dalam jangka pendek, pemerintah juga akan menjaga kelangsungan usaha dan mencegah terjadinya PHK. Upaya tersebut akan dilakukan melalui dua sektor. Yang pertama dari sektor energy, dimana pemerintah berniat menurunkan harga gas bagi industri.
Di paket kebijakan 3, harga listrik untuk industri sudah turun jadi kita coba turunkan (harga) gas. Kita akan gunakan perhitungan penerimaan negara dan tidak akan menganggu pendanaan dari PGN (Perusahaan Gas Negara). Yang jelas untuk BBM, kita fokus ke harga gas diturunkan agar tidak mem-PHK karyawan karena kerugian,’’katanya.