Impikan Danau Sipin Jadi Kampung Atlet dan Wisata
Pendidikan adalah bagian terpenting dalam kehidupan. Setiap anak harus dapat menikmati pendidikan yang layak. Berbagai cara bisa dilewati, mulai dari pemberian beasiswa. Cara yang satu ini bisa menjadi contoh bagi banyak orang bahwa pendidikan harus mendapat perhatian penting.
YANI TAYIB
MUNGKIN tak banyak orang tahu tentang sekolah Dayung Bank Sampah. Berdiri pertengah 2015 lalu. Lokasinya terletak di Danau Sipin. Lokasi itu juga menjadi tempat tinggal anak-anak yang bersekolah, orang tua hingga guru.
Awalnya sekolah ini di prakarsai oleh Adi Putra. Sebelumnya Adi Putra juga telah mendirikan sekolah bank sampah di Payo Lebar. Setelah 2 tahun, ia mengembangkan sekolah bank sampah ini dikawasan Danau Sipin. Adi tak sendirian, dia bersama Leni, Mantan Atlet Dayung. Mereka berdua bersama-sama mendirikan sekolah dayung bank sampah Habibah Faseha (HF).
Sesuai dengan namanya, sekolah ini mungkin akrab ditelinga orang banyak, semacam sekolah atlet dayung. Diperuntukan khusus bagi anak-anak yang ingin menjadi atlet dayung. Namun, keterbatasan biaya juga menjadi persoalan bagi sekolah . Pasalnya tidak semua orang tua siswa mampu membayar sekolah dayung bank sampah ini.
Karena berlandaskan tujuan untuk mencerdaskan anak- anak yang berada di kawasan Danau Sipin. Leni yang melihat kondisi Danau Sipin penuh dengan sampah akhirnya memikirkan untuk mengubah pola pembayaran disekolah yang dibangunnya itu.
Meski diakui sekolah ini dikhususkan bagi anak-anak yang ingin berlatih dayung, tapi disekolah ini juga memiliki Paud dan TK. “Kebanyakan anak-anak sini langsung SD, untuk bayar Paud dan TK orang tua kesulitan biaya, waktu itu Saya mikir buat Paud dan TK saja. Saya tawarin ke ibu- ibu dan mereka mau, tapi bingung bayarnya. Saya tawarin lagi kalau bayar pakai sampah mau dak ? mau lah jawab mereka, itulah akhirnya sekolah disini dibayar pakai sampah mulai dari Paud, TK sampai atlet dayung juga bayar pakai sampah,” jelas Leni.
Bukan untuk tujuan komersil, sekolah ini dibangun memang untuk memajukan Danau Sipin. Leni dan Adi memang memiliki keinginan yang sama, menjadikan kawasan Danau Sipin sebagai kampung atlet dan kampung wisata.
“Saya ingin merubah pandangan orang tentang kampung kami. Saya ingin tiap menedengar nama kampung kami yang terpikir di benak orang adalah kampung atlet dan kampung wisata,” ujarnya.
Disekolah yang berisikan 30 atlet dayung inilah, Leni sendiri yang mengajari anak-anak ini untuk berlatih merdayung setiap Senin sampai Kamis. Sementara setiap Jumat dan Sabtu, Leni mengajak anak-anak untuk membersihkan Danau Sipin dari sampah-sampah yang menumpuk . Leni memang mnenginginkan sekolah ini menjadi jalan agar Danau sipin bisa menjadi kampung atlet dan wisata di Jambi.
Lewat ketekunan Leni dalam melatih anak-anak yang tergabung dalam tim atlet Habibah, kemarin berhasil meraih dua emas, satu perak dan satu perunggu untuk tim puteri dalam Porprov beberapa saat lalu. Selain prestasi, anak-anak sekolah dayung bank sampah juga berhasil kejuaran PPLP di Maluku dan mendapatkan 1 perak.
“Alhamdulillah anak-anak sekolah sini sudah bisa menorehkan prestasi, ini akan terus ditingkatkan ,” sebutnya.
Dengan semboyan tidak ada alasan untuk tidak sekkolah, sekolah dayung bank sampah ini berdiri dengan 5 landasan, yakni ekonomi, pendidikan, sosial, budaya dan lingkungan. Dilanjutkan Adi, yang juga merupakan salah satu pencetus sekolah ini mengatakan melalui pendidikan sekolah ini berdiri sebagai tempat anak-anak sekitar untuk bersekolah. Sementara lewat ekonomi, sekolah ini juga bertujuan untuk mengembangkan ekonomi kreatif.
“Sampah-sampah yang dikasih naka-anak ini kami sortir, kemudian kami ajak wali murid untuk ambil bagian dengan menjadikan sampah ini sebagai bahan keterampilan dan kerajinan tangan, menjadi barang yang bisa diolah menjadi bahan bernilai lagi,” terang Adi.