Lalu berlanjut Erwan ceritakan ada permintaan DPRD terkait RAPBD. ‘‘Disebutkan 2 persen belanja modal dari anggaran PU,’‘ terangnya.
Selain itu juga ada pengeluaran-pengeluaran lainnya. ‘‘ Komisi III minta ditambah beberapa. Pimpinan dikali tiga, juga ada permintaan pimpinan 1 persen dari fly over,‘‘ terang Asrul.
Menurut Asrul, Erwan sempat mencoba tawar 1,5 persen ke pimpinan DPRD. ‘‘Tidak bisa begitu, lalu Erwan bilang kalau tidak mau kembali seperti DKI,’‘ ujarnya.
Mengetahui hal itu, sebutnya, Zola sempat marah. ‘‘Kok segitunya ngambil, Erwan sanggup gak handle dewan?” ujar Asrul menirukan ucapan Zola waktu itu, seraya mengatakan, Zola cenderung mau gunakan APBD tahun lalu.
Asrul dalam kesaksiannya membantah asumsi yang menyebutkan dia sebagai pengatur gubernur Jambi.
’‘Asumsi apa kata Asrul dan itu kata zola, padahal bukan seperti itu,’’ sebutnya.
Namun demikian, JPU Feby merasa ada beberapa hal aneh dalam kesaksian Asrul, kok sulit bertemu gubernur.
Selanjutnya ketika dikaitkan dengan Asiang , dia menyampaikan kenal pada Agustus 2017, awalnya ketemu di Starbucks , waktu itu dibawa Amidy.
Pertemuan kedua Asiang jelaskan telah memenuhi komitmen ke Apif, komitmen yang diartikan sebagai fee proyek .
‘‘Asiang beri fee proyek Rp8 Miliar di September 2017 ke Apip, saya tidak tahu proyek apa,’‘ terus Asrul.
Sepengetahuannya, Apip dulu ajudan gubernur, tapi bukan PNS.
‘‘Asiang ada sampaikan Arpan ingin pinjam Rp5 Miliar,‘‘ kala itu kenangnya.
Saat ditanyai tentang jabatannya di Jambi Asrul mengatakan telah lama ingin bernvestasi di Jambi awalnya. Namun akhirnya dia malah menjadi orang yang mencari investor untuk Jambi. Terhitung beberapa proyek yang pernah di ‘‘goal’‘ kannya untuk Jambi.
‘‘Listrik swasta dan Pelabuhan Muara Sabak yang kita bawa,’‘ pungkasnya.