JAMBI - Keluhan masyarakat Jambi terkait mobil angkutan batu bara terus bermunculan, terutama di media-media sosial. Ini menyusul seringnya terjadi kemacetan di jalanan higga tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh truk angkutan batu bara tersebut.
\"Kami tetap mengikuti aturan saja. Kami lewat siang hari yang melarang atau yang jaga juga tidak ada\", Sulaiman - Sopir Batu Bara
\"Jamnya pun tidak tentu, bisa pagi, siang atau pun malam. Masyarakat sudah sangat mengeluhkan hal ini\", Syahbandar - Waka DPRD Provinsi Jambi
\"Dalam waktu dekat akan dilakukan penindakan terkait pelanggaran yang dilakukan oleh angkutan batu bara ini\", Wing G - Kabid Perhubungan
Teranyar, Kamis kemarin (23/3) seorang murid SD di Jambi Luar Kota (Jaluko), tepatnya di Simpang Sungai Duren yang tewas terlindas truk batu bara itu.
Warga meminta ada regulasi lagi soal angkutan ini, seperti yang pernah diberlakukan beberapa tahun lalu. Mobil batu bara hanya boleh melintas pada malam hari.
Namun, sejauh ini belum ada reaksi dari pemerintah, apakah aturan itu bisa diberlakukan atau tidak.
Salah satu warga Batanghari Ardi Handoko yang diwawancarai koran ini mengatakan, Muarabulian-Kota Jambi yang biasanya jarak tempuhnya hanya 50-60 menit, sekarang ini bisa sampai dua jam perjalanan. Ini karena panjangnya iring-iringan mobil batu bara tersebut.
‘’Otomatos cost untuk ke Jambi menjadi tinggi. Ini harus segera ditertibkan karena sudah menjadi keluhan pengguna jalan,’’ sebutnya.
Selain mobil angkutan batu bara, katanya, para petani juga banyak yang ingin mengangkut hasil pertanian dan perkebunan mereka ke Jambi. Seperti karet dan kelapa sawit yang notabenenya jumlahnya lebih banyak.
‘’Jadi bukan hanya batu bara saja, perhatikan juga pengguna jalan yang lain. Sebagai warga tentu kita berharap ada solusi dari pemerintah,’’ harapnya.
Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi AR Syahbandar saat dimintai tanggapannya terkait hal ini, mengaku juga sudah banyak mendapatkan laporan dan keluhan dari masyarakat soal mobil angkutan batu bara ini.