Diharapkan kehadiran kota Jambi dalam forum dunia tersebut, dapat bermanfaat dalam menerapkan solusi penataan kawasan kota Jambi kedepan.
Sebagaimana juga diketahui, keaktifan Wali Kota Jambi Syarif Fasha dalam berbagai forum internasional banyak mendapat apresiasi. Kota Jambi selama ini juga aktif dalam isu iklim global. Keseriusan Kota Jambi itu dibuktikan dengan bergabungnya kota Jambi dalam berbagai forum internasional yang konsen dalam upaya penyelamatan lingkungan, seperti The Global Covenant of Mayors for Climate and Energy (GCoM) dan ICLEI.
Selain telah menjadi anggota ICLEI pada September 2016 lalu, Wali Kota Fasha juga terpilih menjadi Representative Council di dua jabatan sekaligus, yaitu General Assemby United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC) dan Representative Council tingkat dunia untuk periode 2016 - 2018.
Berkat komitmen tinggi akan tata kelola lingkungan yang berkelanjutan, kota Jambi telah mendapat bantuan asing untuk pembangunan Emission Reduction in Cities (ERiC) Programme Solid Waste Management di Kota Jambi dengan sistem Sanitary Landfill, bertempat di kawasan TPA Talang Gulo.
Proyek yang merupakan bantuan Pemerintah Jerman melalui German Federal Government (KfW/Kreditanstalt für Wiederaufbau) Bank Pembangunan Jerman senilai 14,2 juta Euro (225 Milyar Rupiah) tersebut diproyeksikan akan beroperasi selama 90 tahun mengolah sampah dengan konsep go green dan ramah lingkungan.
Kota Jambi juga mendapatkan bantuan dari Asian Development Bank (ADB) senilai 625 milyar Rupiah untuk pembangunan IPAL dengan Sewerage System yang berlokasi di Kecamatan Jambi Timur, serta bantuan yang bersumber dari lembaga PBB UN Habitat untuk penataan kawasan kumuh di Kota Jambi.
Bahkan untuk upaya pemanfaatan sampah menjadi energi, Pemkot Jambi telah menjadi percontohan di Indonesia. Melalui badan PBB UNESCAP, Kota Jambi menjadi kota di Indonesia yang mengadopsi program Waste to Energy atau Integrated Resource Recovery Center (IRRC), dalam menghasilkan energi gas dan listrik ramah lingkungan yang dimanfaatkan secara cuma-cuma oleh masyarakat sekitar. Bantuan senilai 200 ribu USD itu juga mampu mengurangi sampah langsung dari sumbernya, dan mengefisiensikan alokasi dana pemerintah dalam tata kelola sampah. (hfz)