Promosi Menyumbang

Rabu 27-01-2021,00:00 WIB

Kalau memang tidak bisa menyumbangkan uang secara langsung, maka yang disumbangkan juga bukan sekadar waktu. Mereka juga menyumbangkan energi dan kerja fisik.

Contohnya seperti yang di banyak film. Bikin acara cuci mobil. Menyumbangkan tenaga dan waktu untuk mencuci mobil orang. Nantinya, uang pembayaran biaya cuci mobil itu (yang suka rela jumlahnya) yang disumbangkan kepada yang membutuhkan.

Jadi, yang menyumbang keluar uang, tapi dapat balasan servis berupa cuci mobil. Kemudian, yang mencari sumbangan memang tidak keluar uang, tapi keluar waktu dan tenaga untuk mencucikan mobil orang. Juga mungkin keluar sedikit uang untuk modal sabun dan alat cucinya.

Jadi benar-benar ada upaya yang disumbangkan.

Nah, saya ingat tulisan saya dulu. Waktu itu mempertanyakan pelajar perguruan tinggi (mahasiswa) yang mencari sumbangan dengan cara berdiri pegang kotak kardus di perempatan. Masak level mahasiswa hanya bisa berpikir cari uang dengan cara seperti itu?

Itu satu contoh. Beberapa hari lalu, ada lagi contoh yang berbeda.

Ada sekelompok orang penghobi sepeda melakukan kegiatan menggalang dana. Mereka akan gowes sekian ratus kilometer, lalu mengajak orang untuk menyumbang lewat mereka.

Niatnya tentu saya sangat suka. Effort-nya juga bukan kaleng-kaleng atau karbon-karbon. Pasti lebih capek daripada mencuci mobil orang.

Tapi... Ada tapinya.

Satu, apakah mereka yang gowes itu juga menyumbangkan uang pribadinya? Kalau iya. No problem. Kalau tidak, maka effort luar biasa yang mereka keluarkan patut dipertanyakan. Manfaatnya apa? Kalau untuk kesehatan mereka sendiri, gowes ratusan km kan sesuatu yang bisa dilakukan sendiri. Belum tentu bermanfaat untuk orang lain. Beda dengan mencuci mobil orang.

Kemudian, karena acara gowes \"demi kemanusiaan\" itu dipublikasikan dan banyak sponsornya, maka itu menimbulkan pertanyaan lanjutan. Apakah sponsornya juga menyumbangkan uang? Atau hanya mensponsori keperluan yang gowes ratusan km?

Kalau sponsornya juga menyumbangkan uang, no problem juga. Karena itu berarti yang bikin acara gowes bisa masuk kategori \"menyumbang uang dan mengajak yang lain ikut menyumbang uang, sambil bikin acara asyik.\"

Kalau ternyata yang gowes tidak menyumbang uang, dan sponsornya juga tidak menyumbang uang, lalu apakah ini layak disebut sebagai acara menggalang dana yang sesungguhnya? Menggalang dana mungkin iya, asal bukan uang sendiri, dan yang bikin tetap dapat tenar plus sponsornya dapat promosi.

Dan nilai yang disumbangkan sponsor pun perlu dipertanyakan. Jangan-jangan, sponsor itu menyumbang karena itu cara lebih murah berpromosi daripada bayar iklan atau influencer sosmed (menyumbang Rp 10 juta pasang logo lebih murah daripada beriklan Rp 25 juta yang juga hanya dapat logo).

Wah, kalau sampai seperti itu, apakah itu sesuatu yang baik? Karena bisa dianggap mencari sensasi berkedok kemanusiaan...

Nah, kalau begitu, yang benar bagaimana dong? Saya kembalikan ke pembaca masing-masing. Agak berjalan di atas tali, antara berniat baik atau kegiatan berkedok. Apalagi urusan menyumbang itu urusan kita pribadi dengan yang membutuhkan, dengan saksi Yang di Atas sana. Kan tidak harus melulu dipromosikan atau disensasikan.

Tags :
Kategori :

Terkait