Atau, ikut cara saya yang asyik. Menyumbang tapi dengan mencari sensasi untuk entertainment pribadi. Saya sudah melakukannya beberapa kali.
Pada 2013, saya memberikan tantangan pada seorang teman dekat. Kebetulan orangnya agak bundar, rasanya butuh gowes lebih banyak dari yang dia lakukan secara rutin. Jadi waktu itu, saya menantang dia (Om Johnny Soefianus alias Johnpoo) untuk gowes 2.000 km dalam sebulan. Kalau dia berhasil, maka saya akan menyumbangkan Rp 50 juta untuk panti asuhan.
Dia menerima tantangan itu, sambil misuh-misuh sekaligus tertawa (entah ini melambangkan perasaan apa). Teman-teman banyak yang mendukung dan ikut menyumbang. Pada akhirnya, dia kalau tidak salah dapat Rp 150 juta. Lalu dia ngomel-ngomel (sambil tertawa juga), karena dia harus repot keliling ke banyak panti asuhan menyalurkan sumbangannya yang dia bentukkan barang bermanfaat.
Sebenarnya, kalau saya ingin menyumbang saja, memang tidak perlu sambil menantang dia gowes 2.000 km sebulan. Toh dia gowes atau tidak saya ya waktu itu niat menyumbang, wkwkwk. Cuman, saya melihat waktu itu ada opportunity untuk meng-entertaint diri sendiri. Sumbangan saya menghasilkan hiburan pribadi melihat teman saya sengsara setiap hari harus gowes puluhan kilometer. Wkwkwk...
Toh itu juga baik. Membuat teman saya tadi lebih kuat gowes dan badannya jadi lebih kurus. Bahwa dia kemudian membesar lagi ya urusan lain lagi. Dan sesengsara apa pun dia, tetap masih jauh lebih sengsara para korban bencana...
Trik menghibur diri yang sama saya lakukan akhir 2020 lalu. Menantang partner podcast saya, Johnny Ray, gowes 2.500 km sebulan. Waktu itu nilai sumbangan saya memang lebih sedikit, Rp 25 juta. Tapi banyak pihak dari berbagai penjuru Indonesia ikut menyumbang, sehingga jumlahnya jadi jauh lebih besar dari itu. Saya jadi senang lagi. Benar-benar dapat hiburan melihat teman sengsara minimal harus gowes 80 km sehari, setiap hari, selama sebulan!
Anyway, di tengah pandemi yang seolah entah sampai kapan ini, berbagai bencana menerpa negara kita. Terima kasih kepada pihak-pihak yang terketuk hatinya untuk memberikan sumbangan kepada mereka yang membutuhkan.
Bagi yang tidak bisa memberikan sumbangan langsung berupa uang atau barang, mungkin ini pula masa-masa untuk berpikir kreatif, melakukan sesuatu yang benar-benar nyata manfaatnya untuk orang lain juga. Bukan sekadar berbuat dan mencari sensasi, apalagi berpromosi... (Azrul Ananda)