Tapi ada cara. Toh dana Covid ratusan triliun rupiah. Pasti ada jalan untuk UGM –apalagi presiden kita alumnus UGM. Cara yang paling aman adalah cara bisnis: pemerintah membeli GeNose dalam jumlah yang cukup. Dengan bayar di depan. Dengan demikian transaksinya jelas dan sah. Agar para peneliti di UGM tidak terkena masalah hukum di kemudian hari.
Presiden (waktu itu) Donald Trump pernah melakukannya. Kalau tidak, vaksin tidak bisa segera ditemukan.
Demikian juga Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Ambil keputusan cepat.
Trump sudah berani membeli vaksin ke Pfizer dengan nilai tidak kepalang tanggung: 4 miliar dolar. Untuk pesanan 100 juta vaksin. Bayar di depan.
Padahal, waktu itu, Pfizer belum resmi menemukan vaksin Covid-19 tersebut. Pfizer baru menyanggupi untuk melakukan penelitian. Dan memberikan gambaran bahwa kelihatan itu akan bisa menemukannya.
Uni Eropa kelihatan ragu-ragu untuk membayar vaksin AstraZeneta di muka. Akhirnya membayar juga –telat. Ketika vaksin berhasil ditemukan Uni Eropa tidak diprioritaskan untuk dikirimi. Akibatnya parah. Inggris sudah melakukan vaksinasi sejak tanggal 2 Desember. Eropa ketinggalan jauh. Rakyat Eropa marah.
Inggris yang baru keluar dari asosiasi Eropa ternyata membuktikan \'berada di luar Eropa bisa lebih baik\'.
Kembali ke soal GeNose. UGM memang ber-partner dengan lima perusahaan swasta –termasuk perusahaan perakitnya. Satu perusahaan mengerjakan satu bidang. Lalu dirakit oleh satu perusahaan berikutnya.
\"Kemampuan produksi mereka bisa 3.000 unit/bulan,\" ujar Dr Dian. Berarti sebenarnya tidak ada masalah. Maka saya membaca apa yang tidak bisa dibaca dari mulut Dr Dian: modal tadi.
Harga komponennya sendiri memang tidak mahal. Tapi jumlah pemesanan tidak bisa sedikit. Agar tidak menjadi mahal karena ongkos logistik. Itulah sebabnya tetap diperlukan uang besar.
Mungkin UGM tidak akan mengalami kesulitan ini kalau ber-partner dengan perusahaan raksasa. Tapi UGM kelihatannya tidak ingin jatuh ke kapitalisme besar. UGM memilih perusahaan kecil sebagai partner.
Saya terharu melihat idealisme UGM seperti itu. Pesanan saya yang hanya 10 unit itu pun semata karena keterharuan itu.
Tapi inilah momentum bagi UGM untuk memiliki usaha yang bisa langsung mendapat pasar yang besar. Tentu speed juga jadi faktor penentu dalam bisnis.
Meski bisnis ini sulit ditiru tetap saja kecepatan tidak boleh diabaikan. Tetap saja momentum adalah faktor penentu. Kalau produksi GeNose ini tidak didukung bersama, bisa-bisa UGM kehilangan momentum.
GeNose adalah juga salah satu momentum bagi ilmuwan Indonesia. Untuk bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Di bidang ini. Bahkan punya potensi bisa ekspor secara besar-besaran.
Pasangan Prof Kuwat dan dokter Dian sendiri sebenarnya bukan pasangan baru. Bukan baru di GeNose. Keduanya sebenarnya sedang mengerjakan penelitian bidang sakit napas dan lumpuh layu. Tapi karena ada Covid penelitian pun dibelokkan dulu ke GeNose. Kebetulan masih satu garis. Hanya saja, kalau semula namanya e-Nose, kini menjadi GeNose –ditambah Gadjah Mada di depannya.