Tidak begitu.
Begitu suntikan kedua melewati hari ke 14 sebaiknya memang tes: apakah \"saya” tergolong 65 persen atau masuk yang 35 persen.
Teman-teman saya banyak yang tidak sabar. Baru satu minggu sudah tes. \"Sudah muncul sih, tapi baru 7,\" katanyi. \"Teman saya bahkan hanya 2,\" tambahnyi. \"Tapi teman saya lainnya ada yang 37, ada juga yang 136,\" katanyi. \"Ada satu yang masih nonreaktif,\" katanyi pula.
Begitulah. Vaksinnya sama: Sinovac. Tapi badan orang berbeda-beda. Termasuk cara badan merespons vaksin tersebut.
Munculnya perasaan “sudah vaksin, sudah aman” tidak bisa dibendung. Sama dengan orang yang sudah berhasil menjalani transplant ginjal atau liver. Mereka cepat-cepat ingin “show-diri”. \"Ini lho saya bukan orang sakit lagi\". Atau \"ini lho, saya sudah vaksinasi\".
Bisa jadi Indri terlalu awal bertemu temannyi yang terkena Covid itu. Ia baru 10 hari melewati suntikan kedua. Maka dia masih bisa tertular.
Kini Indri sudah negatif. Berarti dia sudah punya imunitas. Hanya saja dia akan bingung: munculnya imunitas itu karena vaksin atau karena terkena Covid?
Dalam kasus saya, saya tidak bingung. Saya kan juga memiliki kekebalan ganda. Anti Covid-19 saya itu dari dua sumber sekaligus. IgG dan IgM saya reaktif semua –dengan nilai yang di atas 2.000. Itu menandakan bahwa kekebalan saya muncul dari dua sumber. Yang pertama dari transfusi plasma konvalesen. Yang kedua dari Covid yang menyerang saya.
Waktu itu dokter di RS Premier Surabaya memang bertindak cepat. Yakni setelah terkena Covid lewat satu minggu badan saya belum mengeluarkan antibody. Maka di hari ke-8 dokter memberi saya transfusi plasma konvalesen. Dua hari kemudian antibodi saya muncul. Yang dari konvalesen itu. Eh, lima hari kemudian muncul pula antibodi yang dari tubuh sendiri–akibat terserang Covid.
Semua orang harus vaksinasi. Tapi juga harus siap mental untuk tergolong yang 35 persen.
Maka mengendalikan perasaan “Merdeka!”setelah vaksinasi begitu penting. Apalagi kalau belum hari ke-14.
Tapi dalam kasus Indri –terkena Covid di level 33– memang menarik. Apakah seandainya belum vaksinasi, level Covidnya juga sebaik itu. Maka saya jadi ingin tahu berapa level Covid yang menimpa bupati dan wakil bupati Ciamis itu. Juga yang menimpa Bupati Serang itu.
Ternyata sama dengan Indri. Bupati Serang Hj Ratu Tatu Khazanah juga tidak merasa terkena Covid. Setelah dicek ternyata level Covid-nya 35. Ketika dicek lagi sudah naik jadi 39. Jumat lalu sudah negatif.
Sedang Bupati Ciamis Dr Herdiat Sunarya sama dengan wakilnya: di level 29 –sama dengan saya dulu. Dua-duanya segera negatif. (Dahlan Iskan)