\"Ini mirip di Kentucky,\" teriak saya di dalam hati. Saya jadi ingat perjalanan di sekitar Lexington. Hanya di sana hijaunya sepanjang masa. Di Sumbawa hanya kalau di musim basah seperti ini.
Hari pun mulai gelap. Tidak bisa lagi lihat kanan-kiri. Ini saatnya saya membaca komentar Disway.
Saya pun merogoh saku celana. Tidak ada HP. Merogoh saku jaket. Nihil. Saku tempat duduk. Suwung. Kotak di dashboard. Kada da.
Mobil berhenti.
Penggeledahan dilakukan.
Sami mawon.
\"Berarti ketinggalan di Sumbawa Besar,\" kata saya.
Mau balik sudah tujuh jam di belakang.
\"Oh... Ketinggalan di apotek,\" kata saya.
Memang, tadi mampir apotek. Cari obat. Tidak dapat. Obat saya ketinggalan di Lombok.
Di balik keindahan ternyata sering ada persoalan.
Untuk menulis naskah, sih, bisa pinjam HP teman. Kebetulan ada bahan tulisan yang sudah siap di kepala: Dian Ciputra itu.
Tapi untuk memilih komentar tidak ada waktu lagi. Memilih komentar lebih lama dari menulis naskah. Itu karena semua komentar harus saya baca.
Kadang, ketika baru membaca sepertiga, sudah mendapat banyak komentar pilihan. Tapi selalu muncul perasaan seperti ini: tidak adil kalau tidak dibaca semua, siapa tahu di bawah-bawah juga ada yang layak dipilih.
Supaya adil: tidak ada yang dipilih!