DISWAY: Tol Al Haka

Minggu 06-02-2022,00:00 WIB

Saya berharap itu tidak terjadi lagi di sini.

Terjadi!

Tidak apa-apa. Ada banyak kelapa muda di rest area itu. Beberapa lelaki duduk-duduk di situ. Mereka adalah jalan keluar itu: beli bensin 10 liter di kampung terdekat. Pakai jeriken. Rest area dengan pom bensin ada di 49 Km di depan.

Begitu melewati Hollywood kami senang: nyaris tiba di Palembang. Kota itu memang sudah kelihatan. Justru pintu tol yang tidak tampak: tertutup oleh deretan truk yang lagi antre. Panjang sekali. Macet total. Sepanjang setengah kilometer.

Hampir setengah jam kami antre di dekat Palembang. Sistem pembayarannya macet. Sudah satu jam. \"Baru sekali ini terjadi,\" kata petugas.

Macet panjang itu  menggembirakan: pertanda pemakai tol ini sudah ramai. Tidak sepi seperti kesan yang saya peroleh dari media selama ini.

Dan memang saya mengalami sendiri: tol ini cukup ramai. Orang Palembang kini pilih rekreasi ke Lampung. Saya bertemu orang Palembang di hotel di Lampung. Di rest area. Di masjid Hikmah. Semua mengatakan akan rekreasi di Lampung.

Tujuan pujaan mereka ternyata ini: Pantai Sari Ringgung. Atau ke satu pulau ini: Pahawang. Yang pantainya juga bagus. Di seberang Pantai Sari Ringgung.

Jalan tol telah menyatukan ekonomi dua provinsi itu. Nama Hutama Karya terpatri di situ. Awalnya memang sulit, akhirnya terwujud juga. Alhamdulillah. Masjid di semua rest area pun diberi nama Al Hikmah. Saya sempat keliru membacanya: Al HK. Ada unsur HK di dalamnya. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Air Sirup

Liam
Saya sebenarnya punya harapan yang sangat tinggi kepada PKS waktu itu, Partai baru citra baru. Tetapi hati saya hancur ,ketika ternyata pentolannya ketauan main komisi impor sapi. Bukan karena saya penggemar sapi. Tapi lebih ke pengertian pragmatis. Daging sapi itu sangat penting dalam masyarakat bawah, yang acap kali hanya mampu menyediakan daging sapi di atas meja makan keluarga hanya pada tiao hari raya , dan bahkan sudah menjadi simbol kesejahteraan. kolusi dalam komisi impor sapi menunjukan ketidakpedulian, pembiaran,egoisme. Lauk berharga yang di tunggu-tunggu tiap hari raya ,tetap mahal.

 

Tags :
Kategori :

Terkait