DISWAY: Minyak Belut

Jumat 25-03-2022,00:00 WIB

Pagi ini, makan roti rasanya jadi berbeda. Biasanya langsung hap dan kunyah. Sekarang, saat melihat roti di tangan, terbayang perjalanan terigu sebelum menjadi roti yg begitu rumit. Mau impor tetapi tdk ada barangnya. Padahal permintaan produk olahan terigu meningkat. Apa daya. Saya juga membayangkan pembuat roti ini yg harus berpikir keras karena harga terigu naik. Tentu dia juga berpikir apakah saya mau beli rotinya lagi jika harga roti dia naikkan. Kasihan pembuat roti itu. Saya juga tdk tega jika pembuat roti yang akan saya nikmati ini menanggung rugi. Bagaimana nasib keluarganya nanti? Kalau demikian, saya rela besok atau lusa harga roti naik. Saya tetap akan beli. Yang saya belum rela adalah saya belum pernah merasakan beli minyak goreng harga 14rb. Stok di toko selalu habis. Begitu stok tersedia, harga langsung jadi 24rb. Saya kira salah tulis angka 1 dengan 2. Ternyata tidak salah tulis, harganya sekarang benar 24rb/ltr.

 

Hardiyanto Prasetiyo

Sebenarnya faktor penentu harga dan kontinuitas suplai gandum bukan sepenuhnya karena perang Ukraina, karena gandum di Ukraina saat ini belum waktunya panen. Namun faktor yang patut diwaspadai oleh pengguna gandum di seluruh dunia adalah global warming yang membuat anomali cuaca. Saat ini umur panen gandum 83-143 hari jika cuaca normal. Jika cuaca tak menentu bisa dipastikan akan mundur dan menjadi lebih lama. Krisis gandum tak akan terelakkan di masa depan jika tak ada terobosan teknologi pangan dlm hal modifikasi bibit secepatnya. Dan penyebab kelangkaan Indomie di Medan kemungkinan besar karena faktor minyak sayurnya imbas dari kelangkaan dan tingginya harga CPO. Eh lagi-lagi minyak.

 

Co Ba

Kita bukan produsen gandum. Kita harusnya produsen porang, kalau mau. Yo tho? Yo opo iyo? Yo iyo.

Tags :
Kategori :

Terkait