Sosiolog Akui Upaya PT SAL dalam Memandirikan Suku Anak Dalam Sangat Luar Biasa

Idris Sardi, pakar sosiologi dari Universitas Jambi --
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Hidup berkelompok sudah menjadi salah satu ciri khas Suku Anak Dalam (SAD) di Jambi. Bagi Idris Sardi, pakar sosiologi dari Universitas Jambi yang sangat akrab dengan isu SAD, terjadi banyak pergeseran pola kehidupan bagi suku asli yang kerap disebut Anak Rimbo.
Seiring perkembangan zaman, mereka pun turut bertransformasi baik dari pola produksi hingga gaya hidup yang kini berubah. Idris Sardi menyebutkan meskipun masih hidup berkelompok, gaya hidup mereka sudah beradaptasi dengan masyarakat pada umumnya meskipun jalan yang ditempuh sering bergesekan dengan berbagai pemangku kepentingan. Hal ini disebutkan cara SAD untuk bertahan hidup di zaman modern.
"Ya begitu lah, lihat orang kampung (masyarakat setempat) pakai motor, dia pakai motor. Lihat orang beli ini, mereka pun ikutan juga. Sementara secara penghasilan tidak menentu, seakan terlena dengan gaya hidup," kata Idris Sardi.
Sejak beberapa tahun terakhir, terjadi pergesekan antara pemangku kepentingan dan SAD dikarenakan pola produksi yang tadinya meramu di dalam hutan, lalu sekarang keluar di kebun-kebun milik masyarakat dan perusahaan. Cerita Idris, dengan tuntutan gaya hidup, membuat SAD yang belum mengenal hukum mendorong ketidakseimbangan sosial di antara masyarakat.
Pada kegiatan diskusi terbatas bersama PT Sari Aditya Loka (SAL), Idris Sardi mengungkapkan perlunya sinergi. Terutama, sinergi para pihak dengan pemerintah untuk membantu SAD beradaptasi dan hidup berdampingan dengan masyarakat.
"Upaya mendorong perubahan sosial SAD yang sudah dilakukan PT SAL saya rasa luar biasa sekali, saya sudah saksikan sendiri. Meskipun bukan menjadi tugas mereka, tapi kesadaran seperti ini yang sangat diperlukan dari seluruh pihak, tentunya perlu sinergi bersama," tegasnya.
Sudono, Community Development Area Manager PT SAL mengungkapkan sebagai perusahaan yang hidup berdampingan dengan SAD, PT SAL terus berupaya dan merangkul SAD melalui pemberdayaan ekonomi dan sosial. Dirinya bercerita melalui 4 pilar CSR, perusahaan berkomitmen untuk terus memberikan manfaat untuk masyarakat setempat, khususnya SAD.
"Beberapa Orang Rimbo sudah disekolahkan, bahkan hingga jenjang S1. Ada yang di instiper, bahkan di ITB. Sekolah alam pun dibangun di beberapa titik lokasi di wilayah perkebunan kami untuk mendorong program pendidikan bagi SAD," ujarnya.
Tak hanya soal pendidikan, ungkap Sudono, PT SAL juga menggulirkan program kesehatan, ekonomi dan lingkungan bagi SAD. Dirinya menyebutkan akan terus berupaya dalam mendampingi SAD untuk beradaptasi dan meningkatkan kesejahteraan mereka.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: