Krisis Anak Jalanan dan Pengemis di Kota Jambi, Tantangan Sosial yang Mendesak
Anak Jalanan dan Pengemis di Kota Jambi. -Foto : Muhammad Hafizh Alatas. -
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Kota JAMBI saat ini menghadapi masalah sosial serius, terutama terkait dengan meningkatnya jumlah anak jalanan, gelandangan, dan pengemis yang terlihat di berbagai sudut Kota.
Di simpang Mayang, titik perhatian utama, banyak anak-anak, termasuk yang masih duduk di bangku sekolah dasar, terlibat dalam aktivitas meminta-minta. Keberadaan mereka sangat mencolok, terutama pada malam hari ketika jalanan ramai kendaraan. Fenomena ini mencerminkan kondisi memprihatinkan, di mana anak-anak seharusnya mendapatkan pendidikan dan perhatian yang layak, namun terpaksa hidup di jalanan.
Di perempatan lain, seperti Telanaipura, beberapa anak menggunakan modus berjualan tisu untuk mengumpulkan uang. Metode ini tampaknya dipilih untuk menghindari stigma negatif yang seringkali melekat pada mereka yang hanya meminta-minta.
Robi Ilham, seorang warga yang dikonfirmasi Jambi Ekspres, mengatakan tingginya angka anak jalanan menunjukkan masalah yang lebih dalam, seperti kemiskinan dan lemahnya perlindungan sosial. "Diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan masyarakat untuk menangani permasalahan ini," ujarnya, Minggu (20/10/2024).
Robi menekankan pentingnya menyediakan akses pendidikan yang lebih baik, memberikan pelatihan keterampilan, dan membangun pusat rehabilitasi untuk anak-anak. "Dengan pendekatan holistik, diharapkan anak-anak yang terjebak dalam siklus kemiskinan dapat memperbaiki hidup mereka," tambahnya.
Kepala Dinas Sosial Kota Jambi, Yunita Indrawati, menjelaskan bahwa Pemkot Jambi telah membentuk Tim Terpadu (Timdu) yang terdiri dari Satpol PP, Dinas Sosial, kelurahan, dan kecamatan. Timdu bertugas memantau situasi di lapangan setiap dua jam dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
Namun, Yunita menegaskan bahwa masalah sering terjadi di luar jam kerja, seperti setelah magrib dan pada akhir pekan. Dinas Sosial juga melakukan kegiatan konsinyir rutin, termasuk pada malam hari hingga pukul 22.00 WIB.
"Upaya penjangkauan untuk anak-anak mempertimbangkan keselamatan, karena mereka sering panik jika tahu ada tim patroli," kata Yunita.
Ia juga menyoroti bahwa banyaknya pengendara yang memberi uang di jalanan menjadi salah satu persoalan. "Keterlibatan masyarakat sangat penting untuk menghentikan kebiasaan memberi, karena semakin banyak yang memberi makan, semakin banyak anak memilih untuk mengemis daripada bersekolah," tegasnya. (hfz)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: