>

Kisah Sukses Desrianti, Pendiri Lembaga EDU RESEARCH, Jurnalnya Sempat Ditawar Rp 200 juta Tapi Ditolak

Kisah Sukses Desrianti, Pendiri Lembaga EDU RESEARCH, Jurnalnya Sempat Ditawar Rp 200 juta Tapi Ditolak

Kisah Sukses Desrianti, Pendiri Lembaga EDU RESEARCH, Jurnalnya Sempat Ditawar Rp 200 juta Tapi Ditolak--

JAMBIEKSPRES.CO.ID- Pada tahun 2019 Desrianti Sahida mulai mendirikan yayasan yang diberi nama “Indonesian Institute for Corporated Learning and Studies (IICLS)” dimana yayasan ini bergerak pada bidang pendidikan.

Memiliki suami yang memiliki visi dan misi yang sama, dan keluarga yang mendukung penuh kegiatan ini proses pendirian yayasan tersebut berjalan dengan baik dan lancar tanpa hambatan yang berarti.

Pada tahun 2015 Des (panggilan sehari-hari Desrianti Sahida) sudah mulai melakukan kegiatan Les atau Kursus bahasa Inggris secara kecil-kecilan, dengan bermodalkan pengalaman belajar bahasa Inggrisnya di Kampung Inggris Pare – Jawa Timur, ia dipercaya oleh saudara sepupunya untuk mengajar keponakannya.

Informasi tersebut menyebar dalam satu kampung, sehingga beberapa orang tua menitipkan anak-anaknya untuk ikut dalam kegiatan les tersebut. Sebagai pemula, Des tidak berani menetapkan harga pada kegiatan les tersebut, sehingga ia dibayar dengan diantar makanan, buah-buahan, dan pakaian oleh orang tua anak-anak yang ikut les padanya. 

Pada dasarnya Des hanya berniat untuk memberikan manfaat bagi orang banyak atas ilmu yang didapatkannya. “Pelajaran yang saya dapatkan tidak akan membekas tanpa pengulangan, kegiatan les ini sangat bermanfaat bagi saya karena dapat membantu saya untuk mempertahankan pelajaran yang sudah saya dapatkan, dan tidak jarang dari kegiatan ini saya juga dapat memperoleh pelajaran baru. Dan yang lebih penting, ilmu yang saya miliki dapat bermanfaat bagi orang banyak”  ujar Des. 

Setelah peserta lesnya selesai melaksanakan ujian kenaikan kelas dan ujian nasional, Des melanjutkan pendidikannya, karena tempat ia menuntut ilmu jauh dari tempat tinggalnya, sehingga kegiatan les tersebut dihentikan. “Iya, tahun pelajaran baru 2015/2016 saya melanjutkan pendidikan, untuk sementara waktu kegiatan les saya hentikan, dan beberapa peserta masih melakukan konsultasi secara virtual” katanya. Pada tahun itu juga, tempat les atau kursus mulai bermunculan di Kota Sungai Penuh, dan beberapa peserta lesnya ikut les di lembaga-lembaga profesional tersebut.

Setelah menyelesaikan studi lanjut, Des diterima sebagai Dosen tetap yayasan pada salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Sungai Penuh.

Profesi Dosen memiliki 3 kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan yang disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam kegiatan penelitian, dosen diwajibkan untuk mempublikasikan hasil penelitiannya, yang Des pikirkan saat pertama melakukan penelitian adalah bagaimana dia dapat menjadi lembaga yang dapat mempublikasikan hasil penelitiannya dan hasil penelitian dosen lainnya.

“Mempublikasikan hasil penelitian bukanlah hal yang mudah, selain kita harus menyesuaikan naskah hasil penelitian kita dengan tuntutan lembaga penerbit, kita juga harus menyediakan waktu, pikiran dan mental kita saat menerima riview dari riviewer naskah yang kita buat. Sehingga tergerak hati saya untuk mendirikan lembaga penerbit jurnal, saya ingin mempelajari seperti apa proses penerbitan jurnal, saya ingin membantu teman-teman yang memiliki kualitas tulisan yang baik agar mendapatkan kemudahan dalam mempublikasikan karyanya” katanya.

Usaha Keras dan Keyakinan Untuk Terus Maju dan Memajukan Orang Lain. Dengan keyakinan bahwa ia dapat mendirikan lembaga publikasi jurnal, dan memantapkan hati untuk membantu teman-temannya dalam mempublikasikan hasil penelitiannya Des berhasilkan mendirikan lembaga tersebut. Melalui proses yang cukup panjang, atas bimbingan dari Dosen-dosennya saat kuliah dulu, akhirnya dia mendapatkan International Standard Serial Number (ISSN) pada jurnalnya. 

“Ketika itu, untuk memperoleh jabatan fungsional Asisten Ahli saya berkonsultasi kepada dosen pembimbing tesis saya sewaktu kuliah dulu, saya diarahkan untuk melakukan publikasi hasil penelitian, ia menawarkan beberapa lembaga jurnal yang memiliki fokus publikasi sesuai dengan naskah saya. Pada waktu bersamaan saya juga belajar tentang bagaiman mendirikan lembaga seperti itu. Kemudian beliau mengirimkan sebuah file buku panduan yang saya pelajari dengan sungguh-sunggu, dan memberanikan diri mengambil langkah untuk mendirikan lembaga ini. Dengan bantuan orang-orang terdekat dan beberapa tim ahli dari unsur waktu, tenaga, pikiran dan dukungan baik secara moral maupun materil, sehingga saya dapat mendirikan lembaga ini. Atas konsisten yang saya dan tim terapkan untuk pengembangan jurnal ini akhirnya kami memperoleh ISSN. Dan saya terharu karena yang mempercayai untuk menerbitkan hasil karyanya bukan hanya pengguna dari Indonesia namun juga ada yang dari Malaysia” ujarnya. 

Jurnal yang diberi nama EDU RESEARCH : Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (akses : iicls.org) dibidik oleh banyak tenaga pendidik, salah satu Dosen perguruan tinggi ternama di Provinsi Jambi pernah menawarkan diri untuk menanam saham dalam pengembangan jurnal tersebut, sampai ada yang menawarkan diri untuk membeli dengan harga fantastis. “Salah satu kenalan yang berprofesi sebagai dosen pernah menawarkan diri untuk menanam saham dalam pengembangan jurnal ini. Karena lembaga penerbit jurnal ini adalah lembaga swasta, jurnal ini juga pernah ditawar untuk dibeli dengan harga 200 juta Rupiah. Sungguh menggiurkan, namun tawaran-tawaran tersebut kami tolak, karena  kembali lagi kepada niat awal kita yaitu semata-mata untuk memberikan kemudahan bagi teman-teman yang memiliki kualitas meneliti dan menulis dengan baik, serta sebagai referensi bagi peneliti lainnya” katanya.

Berdasarkan pengalaman ini, ia diundang beberapa instansi pendidikan untuk menjadi narasumber kegiatan seminar, dan pelatihan. Nama Desrianti Sahida mulai dikenal dalam  cakupan yang lebih luas, ia dipercaya dapat membimbing pendidik dan tenaga kependidikan dalam pengajuan usulan penetapan angka kredit, pendidik dan tenaga kependidikan yang berkonsultasi kepadanya tidak hanya dari Sungai Penuh dan Kerinci saja, namun ada juga yang dari Muaro Bungo, Batang Hari, dan Kota Jambi juga. “Saya juga tidak menyangka, ketika yang datang berkonsultasi kepada saya adalah pendidik dan tenaga kependidikan dari kabupaten/kota tetangga, ada yang datang langsung ke kantor kami, ada juga yang berkonsultasi melalui wa, sampai salah satu petugas harian kami pernah bilang Ibu ini sudah bisa disebut konsultan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Jambi”.

 Ia dikenal atas kepiawaiannya dalam menyampaikan materi, seperti cara melaporkan karya inovatif agar memiliki nilai, kegiatan pelatihan/seminar/webinar yang diikuti dapat diterima, dan lain sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: