Hutama Karya Bawa Pulang Rp17,5 Triliun Hasil Jual Tol Sumatera, Cuan? Ada Erick Thohir dan Sri Mulyani di INA

Hutama Karya Bawa Pulang Rp17,5 Triliun Hasil Jual Tol Sumatera, Cuan? Ada Erick Thohir dan Sri Mulyani di INA

Tol Medan-Binjai. Hutama Karya telah melepas investasinya di dua ruas Jalan Tol Trans Sumatera yaitu Tol Medan-Binjai dan Tol Bakauheni–Terbanggi Besar-Foto: Dok Kementerian PUPR-

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – PT Hutama Karya (Persero) berhasil membawa pulang Rp17,5 Triliun hasil jual atau lepas aset ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 158 Kilometer.

Apakah transaksi ini membuat Hutama Karya cuan? Tjahjo Purnomo, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya mengatakan, transaksi ini secara otomatis akan mengurangi posisi utang Hutama Karya.

Tak hanya itu, nilai transaksi ini juga akan meringankan beban bunga perusahaan. Tentu saja hal ini kata Tjahjo juga akan berdampak pada meningkatnya margin perusahaan untuk bergerak kembali ke posisi lebih sustainable berkelanjutan.

Sebelumnya, INA (Indonesia Investment Authority) mengumumkan telah melakukan penyelesaian transaksi investasi atas dua ruas Jalan Tol Trans Sumatera, namun INA tidak menyampaikan berapa nilai transaksi yang dilakukan.

Transaksi antara INA dan Hutama Karya didukung oleh BRI yang bertindak sebagai pemberi pinjaman tunggal untuk refinancing. Dimana dalam struktur pembiayaan 158 Kilometer Jalan Tol Trans Sumatera itu, INA dan Hutama Karya mengandalkan kekuatan dari aset jalan Tol.

Transaksi ini juga didukung oleh Rothschild & Co yang bertindak sebagai Penasihat.

Adapun INA melalui anak usahanya PT Swarna Investasi Indonesia (Swarna) dan PT Abhinaya Investasi Indonesia (Abhinaya) secara resmi telah mengambil alih investasi dua Jalan Tol Trans Sumatera yaitu Ruas Tol Medan–Binjai sepanjang 17 Km dan Ruas Tol Bakauheni–Terbanggi Besar sepanjang 141 km.

Apa itu INA? Mengutip dari situs resaminya, INA adalah sovereign wealth fund (SWF) Indonesia. Mengutip dari djkn.kemenkeu.go.id, SWF menurut International Monetery Fund (2007) adalah dana investasi khusus yang dibuat atau dimiliki oleh pemerintah untuk memegang atau menguasai aset-aset asing untuk tujuan jangka panjang.

Sementara menurut Deutsche Bank Research (2007), SWF atau state investment funds adalah kendaraan finansial yang dimiliki oleh negara yang memiliki, mengelola atau mengadministrasikan dana publik dan menginvestasikannya ke dalam aset-aset yang lebih luas dan lebih beragam.

Sementara itu Robert M Kimmitt (2008) mendefinisikan SWF sebagai sekumpulan besar modal yang dikendalikan oleh pemerintah dan diinvestasikan dalam pasar swasta internasional atau kendaraan investasi pemerintah yang didanai dengan aset-aset mata uang asing dan dikelola secara terpisah dari cadangan devisa resmi.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menyuntikkan modal awal sebesar USD5 miliar ke INA atau setara Rp75,94 Triliun asumsi dengan nilai  tukar USD saat ini Rp15.19.

Penyerahan modal dalam bentuk tunai itu dilakukan beberapa tahap. Pertama pada Februari 2021 (sebesar USD 1 miliar) dan November 2021 (sebesar USD 1 miliar), kemudian pengalihan saham pemerintah di dua BUMN kepada INA telah pernah dilakukan pada Desember 2021 (sebesar USD 3 miliar).

“Sebagai bagian dari strategi dan mandat investasi kami, INA ingin berkolaborasi dengan investor yang kredibel, global dan lokal, untuk berinvestasi ke dalam aset-aset di Indonesia. Bersama dengan mitra investor kami, INA berupaya menumbuhkan aset kelolaan (AUM) menjadi USD 20 miliar dalam waktu dekat,” tulis situs tersebut.

Adapun Dewan Pengawas INA terdiri dari para tokoh yang memiliki pengalaman internasional dan pengetahuan mendalam terkait investasi, hukum dan peraturan, tata kelola perusahaan, serta manajemen risiko.

Diantara nama-nama yang masuk dalam dewan pengawas INA ada nama Sri Mulyani selaku Ketua Dewas Pengawas perwakilan pemerintah, kemudian ada nama Erick Thohir sebagai Dewas Pengawas Pemerintah.

BACA JUGA:Ini Profil INA yang Baru Saja Beli Dua Ruas JTTS Rp17,5 Triliun dari Tangan Hutama Karya, Terkait Nama Jokowi?

BACA JUGA:5 Tahun Migas Blok Masela ‘Dianggurin’ Shell, Pas Mau Diambil RI Nego Harganya Jadi Lama Banget

Darwin Cyril Noerhadi sebagai Dewan Pengawas Anggota Independen, Yozua Makes Dewan Pengawas Anggota Independen dan Haryanto Sahari sebagai Dewan Pengawas Anggota Independen.

Sementara itu, Dewan Direktur INA terdiri dari para profesional berpengalaman yang berasal dari institusi dan perusahaan terkemuka dengan gabungan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola sebuah dana investasi yang sukses.

Dr Ridha Wirakusumah selaku Ketua Dewab Direktur – CEO, Arief Budiman selaku Anggota Dewan Direktur - Deputy CEO, Marita Alisjahbana Anggota Dewan Direktur Chief Risk Officer, Stefanus Ade Hadiwidjaja Anggota Dewan Direktur Chief Investemen Officer dan Eddy Porwanto Anggota Dewan Direktur Chief Financial Officer.

INA Dipublikasi pula mendapat dukungan penuh dari Presiden yang menjadi bagian dari upaya Presiden Jokowi dalam mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia.

INA juga menulis profilnya Berkarakter unik sebagai entitas sui generis. Dimana karakteristik utama dari entitas sui generis berupa perlakuan pajak khusus, kemampuan untuk menavigasi dan mempercepat penerbitan peraturan dan izin, serta status hukum yang kuat.

BACA JUGA:Baru Dua Bulan Tarif Naik, Hutama Karya Sudah 'Bercerai' dengan Tol Medan-Binjai

BACA JUGA:Tol Bakter: Anak Sulung Hutama Karya di Sumatera, Dulu Tak Diminati Investor Sekarang Laku Duluan

BACA JUGA:Goodbye Hutama Karya! 158 Km Jalan Tol Trans Sumatera Resmi Pindah Tangan Dilego INA

Model kami memungkinkan investasi bersama partner global dan lokal di bidang infrastruktur dan sumber daya negara, demikian tulis keterangan INA terkait filosofi investasinya.

“Potensi besar yang dimiliki Indonesia bisa diwujudkan menjadi kenyataan jika kita membuka hati dan pikiran untuk pengetahuan, saran dan masukan, serta pembelajaran dari orang lain maupun dari diri sendiri.

Kita harus mulai dengan kerendahan hati yang dalam, menerima bahwa kita bisa lebih baik jika kita menghormati satu sama lain, bahwa kita dapat mengadopsi best practices yang ada di dunia, bahwa kita dapat beradaptasi dengan situasi yang challenging, bahwa kita dapat belajar dari keberhasilan maupun kegagalan, dan bahwa kita selalu do things right and do the right things." Ujar  Ridha D. M. Wirakusumah, Chief Executive Officer INA dalam pesan singkatnya di situs resmi INA. (dpc)








Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: