Belanda Pilih Hengkang Urus Migas Blok Masela, Tenang RI Masih Punya Jepang dan Malaysia

Belanda Pilih Hengkang Urus Migas Blok Masela, Tenang RI Masih Punya Jepang dan Malaysia

Blok Masela sendiri berada di lepas pantai Laut Arafura Maluku perbatasan antara RI dengan Australia dan Timor Leste.-Foto: www.esdm.go.id-

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Hengkangnya perusahaan migas Belanda yang kini berbasis di Amerika, Shell, dalam pengelolaan Blok Masela tak membuat RI pusin karena RI masih punya Jepang dan Malaysia.
 
Selain akan diakuisisi Pertamina, Wilayah Kerja (WK) Masela sebenarnya masih punya perusahaan Jepang Inpex Ltd yang sudah 28 tahun berkontrak untuk WK Masela, bahkan sekarang jadi pemegang hak Partisipasi Interest terbesar di blok ini.

Shell selama ini memegang hak PI sebesar 35 persen terhadap Blok Masela. Jika nanti resmi diakuisi Pertamina, semua hak Shell akan diambil alih lalu kemudian akan konsorsium dengan mitra baru lainnya.

Salah satu perusahaan yang disebut-sebut yang akan digandeng Pertamina untuk konsorsium sebagai mitra baru adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asal Malaysia, Petronas.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto kepada wartawan mengatakan, porsi Pertamina-Petronas dalam rencananya adalah 20% - 10%.

Kemudian sisanya akan dimiliki oleh pemegang saham mayoritas  Inpex  yang kini masih menjadi operator Blok Masela.

Disebut-sebut juga, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga telah berkunjung ke Kuala Lumpur, Malaysia untuk membahas peluang masuk bersama Petronas dalam pengelolaan Blok Masela.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menambahkan, keputusan ini juga tinggal menunggu proses tanda tangan kontrak.

Sebenarnya apa alasan Shell memilih hengkang dari Blok Masela? Ternyata salah satu alasannya adalah karena Shell akan melakukan investasi di negara lain yang lebih potensial dan prospek keuntungannya lebih baik bagi keuangan mereka.

Hal ini ketahuan Saat rapat dengar pendapat Komisi VII DPR pada Senin (24/8/2020). Vice President Corporate Services Inpex Henry Banjarnahor mengatakan, hengkang, cabut atau divestasi dalam kegiatan usaha hulu migas adalah sesuatu hal yang lumrah terjadi. "Jadi tidak masalah juga kalau Shell memilih hengkang," lanjutnya.

Sementara itu, Inpex Ltd selaku pemegang saham dominan WK Masela saat ini, merupakan perusahaan migas yang berbasis di Tokyo Jepang.


Inpex menandatangani kontrak Masela PSC sejak 28 tahun silam, tepatnya pada 16 November 1998.

Inpex merupakan Pemegang Partisipasi Interest Blok Masela mayoritas sebesar 65%.

WK Masela sendiri berada di lepas pantai Laut Arafura Maluku. Jaraknya sekitar 155 kilometer arah Barat Daya Kota Saumlaki. WK Masala berada di perbatasan langsung RI dengan Australia dan Timor Leste.

Kontrak awalnya, luas Blok Masela hanya 5.725 km2 yang kemudian saat ini menjadi kurang lebih 2.503,30 km2.

Total cadangan di Lapangan Abadi Blok Masela diperkirakan mencapai 16.38 TCF. Total natural gas output sebesar 10.5 mtpa (termasuk sekitar 9.5 mtpa LNG, 150 mmscfd gas pipa, dan sekitar 35000 bopd kondensat).

Terakhir September 2017, Lapangan Abadi Blok Masela masuk dalam PSN (Proyek Strategis Nasional). Disebut-sebut perkiraan cadangan gas di Blok ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara.

Lantas berapakah yang harus dibayar Pertamina untuk akuisi PI 35 persen milik Shell di Blok Masel ini? Belum ada keterangan resmi terkait hal ini. (dpc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: